Omah Wayang Klaten Riset Dongeng Wayang Relief
KLATEN, POSKITA.co – Wayang Relief adalah Inovasi hasil Ekspresi Budaya Tradisional yang lahir karena dorongan upaya Pelestarian, Penghormatan dan Pengembangan Warisan Cagar Budaya yang digagas oleh Sanggar Omah Wayang Klaten, sekitar awal tahun 2014 yang diberi nama “Wayang Relief Canditaka“.
Demikian dijelaskan Kristian Apriyanta SPd kepada redaksi saat ditemui di Omah Wayang Danguran, Klaten Selatan, Sabtu siang (16/7/2022). Wayang relief Canditaka ini, kata Apriyanta, merupakan hasil dari studi pustaka, ekplorasi dan riset sederhana yang dilakukan yang dilakukan Kristian Apriyanta.
Ikut mendukung dan melakukan riset terkait wayang relief ini ada Kristiaji, SSn SPd, Krystiadi, SSn MA dan almarhum Ki Joko Krisnanto. Program ini juga difasilitasi Deny Wahyu Hidayat SS MA dan Wahyu Kristanto SS dari BPCB Provinsi Jawa Tengah di beberapa candi di Klaten.
“Antara lain kita telah melakukan riset di Plaosan, Gana, Lumbung, merak, candi Sewu yang semua ini ada di Klaten. Untuk candi yang di luar Klaten antara lain di Candi Dieng, Sukuh, Cetho, Gedong Songo,” ungkap Apriyanto.
Dinamakan Wayang Relief Canditaka karena sumber inspirasinya adalah hasil transformasi dari relief Candi. Untuk membedakan bentuk wayang, isi cerita dengan lakon sesuai judul relief dan garap pertunjukanya, maka diberikan nama berbeda sesuai karakteristik candi.
Antara lain seperti Sajiwantaka untuk Sojiwan, Asmarantaka untuk Plaosan, Purnakalasa untuk Candi Merak, Darmasala untuk Dieng dan Kalamntaka untuk Candi Sukuh.
Bentuk Fisik wayang menyerupai Relief Candi dengan ukuran variatif yang dikerjakan sendiri oleh Kristian Apriyanta dibantu beberapa siswa SMK Negeri 1 Gantiwarno, Supriyanto dan seniman patung Eklik dari Karangnongko.
“Kita buat riset dengan menggunakan spon ati 10 mm dengan tehnik low relief kedalaman 40 persen dimensi bahan. Tehnik ini untuk memperoleh efek dan tekstur batu. Untuk pewarnaan wayang relief memang dibuat menyerupai apa adanya warna batu atau abu abu hitam putih,” ujarnya.
Dikatakan pula, wayang dari spon ati memang sudah banyak dibuat tetapi masih sebatas tokoh tokoh wayang purwa, untuk kepentingan pertunjukan maupun dekoratif. Saat ini telah membuat 52 tokoh wayang relief dan terus berlanjut. Dan pertunjukannya dikemas dalam satu bentuk metode dongeng untuk anak dan remaja dengan mengedepankan pengetahuan ajaran moral kebaikan universal.
Serta edukasi cagar budaya yang di dalamnya tetap ada unsur sakral pada awal pertunjukan didesain kolaboratif antara dalang, para penari pemeran diiringi musik komposisi (tradisional dan modern) sesuai kekayaan kearifan lokal dimana Candi itu berada.
Pertunjukan Wayang Relief ini akan memberikan kesan pengalaman kuat bagi penontonnya, karena ini merupakan metode pembelajaran kuno dengan tehnik mendongeng yang dikemas dengan metode modern dalam seni pertunjukan kolaboratif.
“Hal ini untuk memberikan tidak terbatas hanya apa isi ajaran moral dalam relief, tetapi juga bisa menyampaikan ilmu sejarah dan ilmu tehnologi struktur bangunan candi itu sendiri,” ujar Apriyanta yang selalu enerjik ini.
Pertama kalinya pertunjukan mendongeng wayang relief canditaka versi Sojiwan dengan lakon buaya dan kera dilakukan di pelataran candi Sojiwan tanpa iringan. Dan ini merupakan eksplorasi yang kemudian melahirkan konsep pertunjukan kolaboratif tari, dalang dan kethoprak untuk memperkuat pertunjukan wayang relief versi Sojiwan dengan nama “Sajiwantaka”. (Kim)
Caption Foto HL:
Omah Wayang Klaten lakukan riset dan eksplorasi dongeng wayang relief.