Lestarikan Tradisi, Ratusan Warga Kadilanggon Sadranan di Makam Ploso
KLATEN, POSKITA.co – Ratusan warga Desa Kadilanggon, Kecamatan Wedi, Klaten, dengan suka cita mengikuti tradisi Sadranan tanggal 26 bulan Ruwah atau Sya’ban, yang dipusatkan di makam Ploso, Rabu siang (30/3/2022). Warga duduk di alas tikar membacakan doa-doa dzikir tahlil yang dipimpin Kiai Sunarto, BA.
Pj. Kepala Desa Kadilanggon Sri Agung Wijaya, SH, bersama anggota Babinsa Kadilanggon, perangkat desa dan tokoh masyarakat, duduk bersila menyatu berbaur dengan warga dalam sadranan ini. Sudah dua tahun ini warga Kadilanggon tidak menggelar tradisi sadranan dan tahun 2022 ini mulai memberanikan diri seiring suasana pandemi sudah menurun, mengadakan tradisi sadranan.
Warga Kadilanggon yang ada di luar Kota Klaten, baik Jakarta, Tegal, Semarang dan kota besar lainnya, pulang kampung dengan duduk bersama dzikir tahlil di makam Ploso. Setiap rumah di Kadilanggon banyak yang dibuka dan menerima kunjungan tamu atau kedatangan kerabat yang saling berkunjung usai nyekar di makam Ploso.
“Sadranan ini tradisi baik, kita nguri-uri melestarikan budaya bangsa yang positif. Sadranan ini bisa mengingatkan akan kematian, bisa kirim doa ke keluarga yang telah meninggal dunia dan terpenting jalinan silaturrahmi atau ukhuwwah warga tetap berjalan baik,” ujar Sri Agung Wijaya mantap.
Dalam sadranan yang dimulai pukul 09.00-11.30 WIB ini, juga diisi dengan dzikir tahlil yang dipimpin Kiai Imam Digdo Wibowo. Kiai Imam ini merupakan murid thariqoh Syadziliyah Maulana Al Habib Luthfi bin Ali Yahya Pekalongan yang selama ini juga intens syiar agama di wilayah Kadilanggon dan sekitarnya.
Warga Desa Kadilanggon ini, jelas Sri Agung, tetap guyup rukun dan mendukung setiap program pemerintah yang ada. Termasuk dalam gerakan vaksinasi Covid-19, warga Kadilanggon juga semangat dan kebetulan warga yang hadir dalam sadranan ini juga 100 persen sudah mengikuti vaksin tahap 1, tahap 2 dan booster.
Ketua Panitia Sadranan Makam Ploso, Wiyono (64 th), menambahkan, kegiatan sadranan 26 ini tetap membawa berkah. Warga Kadilanggon yang ada di luar kota banyak yang pulang kampung dan nyekar ke makam keluarganya yang sudah meninggal dunia.
Kebanyakan warga Kadilanggon memang suka pulang kampung saat sadranan dibandingkan saat lebaran. Karena saat sadranan masuk sekolah, maka anak-anak muda usia SD, SMP dan SMA, banyak yang tak ikut sadranan. Namun demikian, pantauan redaksi, puluhan ibu-ibu juga mengajak putra-putri mereka yang balita atau usia TK, ikut sadranan dengan senang hati.
“Kalau warga Kadilanggon datang semua, mungkin bisa mencapai seribu lebih. Setelah dzikir tahlil, ada pengajian agar warga yang hadir bisa selalu ingat akan kematian. Sadranan ini tetap kita lestarikan dan ke depan makam Ploso yang termasuk makam terbesar se Kecamatan Wedi ini selalu bersih dengan rutin dirawat,” ajak Wiyono.
Dalam pengajian singkatnya, Kiai Imam yang masih muda usianya itu mengajak warga Kadilanggon rutin dan senang dzikrulloh atau berdzikir kepada Allah SWT. Selain itu juga cinta dengan ulama, cinta kepada Habaib dan cinta kepada para guru. Keluarga yang telah meninggal dunia dan dimakamkan ini tetap butuh kiriman doa-doa keselamatan.
Maka, pesan Kiai Imam, doa anak sholih-sholihah, selalu dinantikan orang tua mereka yang telah tiada. Dan selagi masih mampu, masih diberi umur panjang, warga Kadilanggon diajak untuk senang bersedekah, saling membantu atau peduli sesama dan perbanyak amal jariyah yang bisa menjadi bekal ke akhirat. (Kim)
Caption Foto HL:
Warga Desa Kadilanggon, Wedi, Klaten penuh semangat mengikuti Sadranan di makam Ploso.