Pengaruh Pandemi Terhadap Karakter Anak

Spread the love

Oleh: Tri Wahyuningsih
Guru Kelas SD Negeri Pandean 1, Grogol, Sukoharjo

Pemerintah akhirnya mengizinkan sekolah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dibeberapa daerah yang telah memasuki PPKM level 1,2,3. Namun tidak semua sekolah langsung menyelenggarakan PTM Terbatas, akan tetapi melalui beberapa proses yaiku melakukan simulasi PTM selama satu sampai dua minggu dan dengan beberapa ketentuan dan mematuhi prokes. Kebijakan pemerintah untuk mengizinkan dibukanya kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka (PTM) meskipun terbatas membawa angin segar bagi dunia pendidikan setelah kurang lebih 1,5 tahun hanya bisa menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Terlebih lagi bagi para guru, peserta didik juga orang tua yang menginginkan PTM segera dilaksanakan sebagai solusi berbagai masalah yang timbul dari PJJ akibat dari adanya Pandemi Covid 19
PJJ yang bertujuan mengurangi resiko agar tidak terpapar Covid 19 justru membuat motivasi belajar anak menurun karena timbul rasa kebosanan anak belajar dirumah tidak bisa bertemu dengan guru juga teman. Selain itu juga menimbulkan dampak negatif terhadap karakter anak yang sudah terbentuk di sekolah seperti yang terjadi di hari pertama uji coba pembelajaran tatap muka terbatas di sebuah sekolah. Saat guru masuk ke sebuah ruang kelas dan menyapa peserta didik, “ selamat pagi, anak – anak.” Berharap peserta didik akan bersemangat menjawab salam dari guru, akan tetapi yang terjadi kini peserta didik hanya diam dan saling memandang satu sama lain sehingga guru kemudian mengulang kembali ucapannya “selamat pagi, anak – anak.” , kini hanya beberapa anak yang menyahut lirih salam dari guru. Setelah lama belajar dirumah anak – anak menjadi asing dengan sosok seorang guru. Hal ini terjadi karena dampak dari kemajuan teknologi yang digunakan selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), teknologi yang tidak bisa menyentuh inti dari dari pendidikan yaitu pendidikan karakter.
Sampai saat ini orang tua masih mengganggap ruang kelas merupakan pendidikan yang sesungguhnya. Para orang tua peserta didik mengatakan mereka tidak dapat melakukan pendidikan karakter terhadap anaknya tanpa bantuan guru. Tanpa peran guru, orang tua tidak dapat maksimal membentuk juga membangun karakter anak. Kini dengan sudah dimulainya pembelajaran tatap muka (PTM) tentu menjadi PR bagi guru untuk menanamkan pendidikan karakter bagi anak agar bersemangat belajar kembali di sekolah bersama guru dan teman – teman. Menurut Arifin (2003) Tanggung jawab pendidikan karakter ada di tangan kita Bersama demi mewujudkan pembangunan pendidikan nasional yang didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya,
Hal terebut diatas dialami sebagian besar sekolah. Siswa SD Negeri Pandean 01 Grogol Sukoharjo. Pengaruh dari keadaan lama belajar dirumah anak – anak menjadi asing dengan sosok seorang guru. Hal ini terjadi karena dampak dari kemajuan teknologi yang digunakan selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), teknologi yang tidak bisa menyentuh inti dari dari pendidikan yaitu pendidikan karakter. Lebih parah lagi ketika siswa diperbolehkan untuk membawa hp, Anak yang membawa hpakan cenderung lebih asyik bermain dengan hp. Anak yang tidak membawa hp seperti tersisih. Hal inilah kemudian sekolah menyediakan laptop guru dan sekolah untuk berlatih AKM, secara bergilir. Sebenarnya akan lebih lancar bila anak yang mempunyai hp sendiri di suruh membawa dan yang tidak punya hp memakai hp guru atau laptop sekolah dan guru. Dengan melihat perubahan karakter anak dan memperhatikan rasa tertekan siswa yang tidak memiliki hp, lebih baik siswa bergilir memakai hp guru serta laptop sekolah dan guru.

Editor: Cosmas