“Acrostic Technique” Produktifkan Siswa Menulis Puisi Pada Masa Pandemi

Spread the love

Oleh: Sri Yanti, S.Pd, M.M
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMP Negeri 2 Gemolong Sragen

Situasi pandemic covid-19 benar-benar telah mengubah praktik pembelajaran secara drastis menjadi pembelajaran yang berbasis kepada kemandirian belajar siswa,salah satunya pada mata pelajaran bahasa Indonesia.Guru menjadi harus lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran agar para siswa menjadi antusias belajar meskipun mereka tidak berada di sekolah.
Menulis puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam pengajaran bahasa Indonesia SMP kelas VIII. Melalui kompetensi ini, siswa diharapkan dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi. Melalui puisi juga, siswa diharapkan dapat menyalurkan pikiran dan perasaan secara estetik, termasuk menyampaikan kritik sosial.
Fenomena yang terjadi di kelas VIII SMP negeri 2 Gemolong Sragen,kemampuan menulis puisi siswa pada masa pandemi masih mengalami kendala, dimana kemampuan siswa dalam mengembangkan ide menjadi sebuah puisi masih rendah karena minim diksi dan menganggap puisi itu harus dibuat dengan diksi kata berupa sajak-sajak yang sulit, siswa merasa kesulitan menemukan ide, mereka cenderung terpaku dalam penentuan judul terlebih dahulu sebelum menulis puisi, sementara mereka masih merasa kebingungan dalam menentukan sebuah judul.
Kendala-kendala tersebut menjadi perenungan tersendiri bagi penulis sebagai pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP negeri 2 Gemolong Sragen. Dan untuk menghadapi kendala tersebut, penulis tidak hanya fokus pada penggumaan media pembelajaran,namun juga menggunakan strategi pembelajaran sebagai alternatif pemecahan masalah. penulis menggunakan acrostic technique.
Puisi akrostik adalah bentuk puisi yang unik dengan fokus pada huruf awal yang memberikan inspirasi.Frye, Trathen, & Schahal (2010:592) mengemukakan bahwa sebuah puisi dengan acrostic technique cenderung singkat dan tidak memerlukan sajak dalam membuatnya.
Puisi akrostik ini cocok digunakan untuk siswa karena cenderung sederhana sehingga membantu siswa sebagai pemula dalam menulis puisi. Acrostic technique,dapat membantu siswa mengatasi persoalan teknis yang mereka hadapi, dengan menggunakan huruf dalam sebuah kata untuk memulai tiap-tiap baris dalam puisi. Kata tersebutlah yang menjadi judul dalam puisi kemudian ditulis vertikal, sehingga setiap hurufnya dikembangkan menjadi bait-bait puisi.
Menulis puisi dengan menggunakan acrostic technique dapat memberikan pengalaman menulis yang menyenangkan dan tersistematis bagi siswa. Siswa dapat memainkan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata untuk dikembangkan menjadi sebuah puisi yang menarik.
Penulis mengarahkan siswa kelas VIII SMP negeri 2 Gemolong,Sragen untuk menulis puisi terkait situasi pandemi dengan menggunakan acrostic technique, mulai dari menggali ide terkait wabah pandemic covid-19 dengan segala dampahnya, menentukan ide, hingga menulis ide, dan menyajikan. Penulis menjadikan kegiatan ini sebagai penugasan pada siswa.
Namun demikian,sebagai guru,penulis siap mendampingi dan mengarahkan siswa dalam aktivitas penggalian ide, penentuan ide, dan penulisan puisi, sehingga siswa menjadi percaya diri dan tidak takut salah, serta tidak meniru puisi karya temannya.
Melalui acrostic technique,siswa mampu memahami pengertian puisi dengan baik dan benar, memahami unsur pembangun puisi dengan baik dan benar, dan dapat menemukan sebuah ide untuk menulis puisi bertema pandemi. Aspek psikomotorik siswa dapat menulis sebuah puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai menjadi berkembang.
Penerapan acrostic technique juga membuat siswa kelas VIII terlibat aktif dalam pembelajaran daring dan menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, responsif, dan apresiatif menyampaikan empatinya terhadap dampak pandemi di Indonesia melalui puisi. Acrostic technique benar-benar menjadi solusi yang efektif dalam kegiatan siswa produktif menulis puisi dengan tetap di rumah saja. Penulis sangat berharap kemampuan siswa kelas VIII dalam menulis puisi akan terus terasah.

Editor: cosmas