Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Anak Usia Dini Kelompok B

Spread the love

Disusun oleh : Asri Sulistyo, S.Pd
Guru Kelas TK Islam Al Madinah Kartasura, Kabupaten Sukoharjo

Sebagai guru pendidik, diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak didik. Dengan memperhatikan karakteristik anak dan pembelajaran berpusat pada anak, sehingga anak dapat berkesempatan dalam bereksplorasi dalam kegiatan belajar. Dikenalkannya metode pembelajaran berbasis masalah yang lebih dikenal dengan PBL.
Apa itu PBL?
PBL kepanjangannya adalah Problem Based Learning, artinya pembelajaran berbasis masalah. PBL merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan prinsip bermain sambil belajar. PBL diterapkan dengan menjadikan anak sebagai pusat pembelajaran.
PBL adalah suatu pendekatan yang berdasarkan prinsip constructive, problem solving, inquiri riset, integrated studies. Dalam PBL, anak dapat mengembangkan dengan suatu proyek individu atau kelompok untuk menghasilkan produk.
Dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah atau PBL akan dapat memunculkan berpikir tingkat tinggi = HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan STEAM (Sains, Technology, engineering, Art and Mathematics) dari kegiatan pembelajaran tersebut. Anak dapat lebih mendapat kesempatan untuk mengembangkan daya nalarnya dan kreativitasnya.
Dalam kegiatan tersebut juga dapat mengembangkan pendidikan karakter anak dengan menumbuhkan rasa empati, peduli, tanggung jawab, kemandirian dan kerjasama.
Penerapan pembelajaran berbasis masalah sangat cocok diterapkan pada pembelajaran masa pandemi covid-19, anak mengenal permasalahan nyata yang ada di sekitar lingkungannya dan memberikan ide dalam pemecahan masalah. Anak dapat mengamati, mengidentifikasi, menganalisis suatu masalah dengan sederhana, sehingga anak dapat menemukan solusi dari permasalahan yang ada.
Pengalaman saya dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah pada anak usia dini yang dilakukan anak kelompok B TK Al Madinah dalam pembelajaran tema Lingkungan sub tema Sekolah, sub-subtema Bangunan Sekolah: anak mengamati gambar atau video yang disajikan guru suatu permasalahan misal tentang bangunan sekolah yang roboh. Anak dapat mengungkapkan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari permasalahan yang ada, sehingga anak berpikir kritis. Anak dapat mengembangkan rasa empatinya dan peduli dengan permasalahan yang ada. Setelah itu anak diminta untuk membuat bangunan sekolah dari benda-benda di sekitar rumah sesuai kreativitas masing-masing anak. Selanjutnya anak mengkomunikasikan apa yang telah dibuatnya.
Contoh pembelajaran berbasis masalah , anak mendengar cerita guru tentang anak yang sedang sakit gigi. Guru dan anak diskusi tentang apa penyebab gigi sakit? Apa yang dirasakan? Bagaimana pencegahannya? Bagaimana penanganannya? Sehingga akan muncul daya nalar anak tentang sakit gigi. Anak diminta guru untuk menggosok gigi dengan benar dan selalu menjaga giginya.
Untuk penerapan pembelajaran berbasis masalah tema Kebutuhanku, subtema: Kesehatan dan Kebersihan, mengangkat permasalahan tentang Pandemi covid-19, anak mengamati video atau gambar orang sakit covid-19 di rumah sakit yang disajikan guru. Anak dan guru tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Selanjutnya anak melakukan kegiatan , antara lain: mempraktikkan cara mencuci tangan dengan benar, memakai masker dengan benar, melakukan permainan dengan menjaga jarak, membuat poster sederhana tentang pencegahan penularan covid-19.
Dari berbagai permasalahan yang dimunculkan , maka akan dapat melakukan variasi kegiatan pembelajaran, baik dilakukan individu maupun kelompok . Anak akan mendapat banyak pengalaman belajar dengan permasalahan yang ada di dekat anak.

Semoga dengan informasi singkat ini, kita jadi lebih tahu tentang pembelajaran yang diterapkan untuk anak usia dini dengan memperhatikan karakteristik anak dan memberi kesempatan anak dalam mengembangkan anak berpikir kritis dan kreatif, pembelajaran yang bermakna dan tetap memperhatikan pendidikan karakter pada anak usia dini.

Editor: cosmas