Blended Learning Solusi Pembelajaran Pada Masa Pandemi

Spread the love

ARTIKEL POPULER

Oleh: Suparti, S.Pd.SD.
Guru SDN Pojok 03 Kec. Tawangsari, Kab. Sukoharjo

Pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) berbagai kegiatan dari berbagai sektor terpaksa berhenti akibat penyebaran virus yang masif. Salah satunya yaitu pendidikan. Untuk mencegah penyebaran virus Covid-19, proses belajar mengajar yang semula biasa diadakan di kelas harus berganti menjadi pembelajaran secara daring karena kondisi.
Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan pembelajaran dilakukan secara daring. Penerapan pembelajaran secara daring memiliki kendala pada tiap jenjang pendidikan. Salah satu yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran daring yaitu dari tingkat sekolah dasar. Dimana siswa sekolah dasar masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan gawai dan dilakukan secara mandiri. Sehingga proses kegiatan belajar mengajar pada masa pandemic tidak berjalan lancar.
Merujuk masalah diatas, maka penulis sebagai guru kelas V di SDN Pojok 03 Kecamatan Tawangsari, dalam mengajarkan tema Lingkungan Sahabat Kita perlu mencari solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut, dengan memilah dan memilih model pembelajaran yang sesuai. Menurut penulis model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang memadukan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring yang dikenal dengan istilah Blended Learning. Bentuk pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk dapat belajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, mampu meningkatkan kemandirian peserta didik, dan mudah dalam memahami materi karena kegiatan belajar peserta didik, merupakan gabungan dari pembelajaran daring dan tatap muka.
Menurut Harding, Kaczynski dan Wood (2005), Blended Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online (terutama yang berbasis web) dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh pendidik dan peserta didik. Pendapat Bonk dan Graham (2006) mendefinisikan Blended Learning sebagai kombinasi dari dua intruksi model belajar dan mengajar: sistem pembelajaran tradisional dan sistem pembelajaran terdistribusi yang menekankan pada peran teknologi komputer. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Blended Learning memiliki dari tiga komponen penting yaitu 1) online learning, 2) pembelajaran tatap muka, 3) belajar mandiri.
Secara mendasar terdapat tiga tahapan dasar dalam model Blended Learning yang mengacu pembelajaran berbasis ICT (Ramsay, 2001): (1) Seeking of information mencakup pencarian informasi dari berbagai sumber informasi yang tersedia secara online maupun offline dengan berdasarkan pada relevansi, validitas, reliabilitas konten dan kejelasan akademis. Pendidik atau fasilitator berperan memberi masukan bagi peserta didik untuk mencari informasi yang efektif dan efisien. (2) Acquisition of information Peserta didik secara individu maupun secara kelompok kooperatif-kolaboratif berupaya untuk menemukan, memahami, serta mengkonfrontasikannya dengan ide atau gagasan yang telah ada dalam pikiran peserta didik, kemudian menginterprestasikan informasi/pengetahuan dari berbagai sumber yang tersedia, sampai mereka mampu mengkomunikasikan kembali dan menginterpretasikan ide-ide dan hasil interprestasinya menggunakan fasilitas (3) Synthesizing of knowledge mengkonstruksi/merekonstruksi pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomodasi bertolak dari hasil analisis, diskusi dan perumusan kesimpulan dari informasi yang diperoleh.
Pembelajaran ini dapat meningkatkan minat belajar dan kreativitas peserta didik pada masa pandemic. Penerapan model blended learning dilakukan terlebih dahulu harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, aktifitas pembelajaran yang relevan, serta menentukan aktifitas mana yang relevan dengan pembelajaran konvensional dan aktifitas mana yang relevan untuk online learning. Kenney & Newcombe (2011:49), menyatakan bahwa dalam pembelajaran blended learning memiliki komposisi 30% untuk tatap muka dan 70 % dari penayangan materi secara online.
Dengan demikian pembelajaran pada masa pandemic tetap terlaksana dengan memanfaatkan gawai, sehingga peserta didik dapat belajar dari rumah masing-masing. Selain melalui media gawai peserta didik dapat belajar dengan tatap muka, dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan. Pembelajaran tatap muka dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi peserta didik pada saat pembelajaran daring. Selain pembelajaran daring dan tatap muka, peserta didik juga dapat belajar mandiri dengan project based learning. Dapat disimpulkan solusi pembalajaran pada masa pandemic di kelas V SDN Pojok 03 tema Lingkungan Sahabat Kita berjalan lancar dengan menerapkan model pembelajaran Blended Learning.

Editor: Cosmas