Diplomasi Budaya Melalui Pertunjukan Topeng Dunia

Spread the love

SOLO,poskita.co – International Mask Festival (IMF) pada hari kedua menampilkan 16 video delegasi Indonesia dan enam video delegasi mancanegara. Delegasi Indonesia yang tampil live, antara Rambat Yuliani (Solo dan seorang Maestro topeng Indonesia pada hari Sabtu (12/06) yaitu Wangi Indria asal Indramayu ini juga berkesempatan menampilkan tarian Topeng Panji gaya Indramayu. Dan diselenggarakan secara hybrid. Pada hari kedua, IMF dan IMO memberikan penghargaan, tribute, kepada dua tokoh topeng Indonesia, yaitu Bambang Besur, Surakarta dan Ayu Bulan, Bali.

Dalam bincang-bincangnya, Wangi Indriyani menjelaskan untuk menjadi penari awalnya dirinta dipaksakan oleh orang tua untuk menjadi penerusnya karena jarang yang mau untuk menjadi penari, dan sekarang ia merasa bertanggung jawab untuk melestarikan budaya dari tari topeng Indramayu.

Chief Executive IMF 2021, Mimi Zulaikha, S.S. mengatakan, “IMF 2021 bukan hanya sebagai peluncuran IMO, tetapi juga memberikan tribute kepada tokoh topeng Indonesia. Melalui IMF, kami mengharapkan terwujudnya relasi dan diplomasi budaya antar bangsa, Negara, daerah, dan masyarakat melalui seni pertunjukan topeng dunia,” ujar Mimi.

Penonton daring maupun luring berkesempatan berinteraksi langsung dengan penyelenggara melalui live chat di kanal YouTube SIPA Festival. IMF juga turut memajukan dan mempromosikan UKM pengrajin topeng Indonesia dan mancanegara, yaitu dari Jepang dan Perancis melalui penjualan barang seni yang bisa diakses melalui marketplace tokopedia dan shopee bernama @indofeststore.

Pengumumuman pememeng kompetisi TikTok dengan juara 1 mendapat Rp.1000.000; Juara 2 Rp.750.000; dan Juara 3 Rp. 500.000 ada di penghujung acara. Selain itu, pengumuman pemenang quiz juga disebutkan di akhir acara.

Rambat Yuliani dalam penjelasannya, karyanya berjudul Sekar Puri.

“Saya berangkat dari Sekar Puri sendiri yang konsep saya karena Sekar Puri yang selalu digambarkan dengan putri yang baik, lembut, manut dan yang baik-baik yang ada di Sekar Taji. Tapi dibalik itu ada problem yang ada di dalam diri Sekar Puri, ada kemarahan, kegundahan ini yang saya garap itunya dalam kegundahan hatinya Sekar Taji saya tampilkan dalam karya,” ujarnya.

Diceritakannya, dirinya pertama kali yang mengajari nari adalah ayahnya sendiri, waktu itu tari Kelinci. Diajari nembang, mocopat, karawitan. Dan sekolah di SMKI ambil tari dan melanjutkan di ISI Surakarta ambil S1 lanjut S2 tari.

“Saya mendapatkan kesempatan keluar negeri dan Alhamdulillah kira-kira 20 negara yang sudah saya kunjungi seperti Eropa, Amerika dan Asia. Dengan pengalaman tersebut membuat saya selalau membangun untuk berkesenian, dan saya ingin selalu berkarya,” jelasnya.

“Saya basicnya dari tari tradisisi, saya di Mangkunegaran sebagai penari tradisi kemudian di ISI juga menarikan tari tradisi, minat saya di tari klasik. Tapi saya tetep berkembang untuk berkarya tidak menutup diri saya untuk stop di tari klasik saja, tetapi saya kembangkan menjadi sebuah garapan-garapan baru dengan konsep yang jelas,” ucapnya (Aryadi)