Trik Kolaborasi Guru dan Orang Tua Dalam PJJ PAI

Spread the love

ARTIKEL POPULER

Siti Kalimah, M. Pd. I

Guru SMP Negeri 2 Ngrambe Ngawi

Pembelajaran di masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)  tidak diketahui kapan akan berakhir. Perlu dibangun kerjasama atau kolaborasi antara guru dan orang tua. Dengan mengoptimalkan suasana hubungan antara keduanya dalam mendukung  proses pembelajaan sistem daring (dalam jaringan). Diharapkan memberikan mutu proses dan hasil belajar yang maksimal dan tidak kalah bermutu dibandingkan sistem klasikal di sekolah sehingga tujuan pendidikan tercapai.

Suasana pandemi Cavid-19 mengharuskan anak untuk tetap belajar di rumah. Terutama di daerah zona oranye seperti di tempat saya. Hal ini dilakukan untuk menghindari pertemuan dengan banyak orang dalam rangka mencegah penularan virus Cavid-19.  Dampaknya membuat iklim dan suasana belajar berubah. Iklim yang semula anak saling memotivasi, saling bersaing dalam belajar, saling kerjasama dengan banyak teman sekolah yang kondusif dan menyenangkan. Kini mereka harus belajar dirumah sendiri dan dipandu oleh bapak/ibu guru sebagai fasilitator dari sekolah, didampingi oleh orang tua di rumah dan ditemani oleh internet untuk mendapatkan pembelajaran.

Apabila salah satu dari kedua unsur yaitu guru dan orang tua tersebut tidak bisa menjalankan perannya dengan baik  pada tupoksi masing-masing, maka akan mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran. Sebagai contoh orang tua sebagai pendamping anak di rumah sibuk dengan pekerjaannya di kantor, atau di rumah menjaga adiknya yang lebih kecil sehingga tidak maksimal dalam mendampingi anak dalam belajar di rumah. Belum lagi kendala yang lain semisal tidak ada jaringan sinyal atau berada di zona yang tidak terjangkau sinyal,  maka akan menghambat kelancaran dalam pembelajaran.

Pada tahun 2020 ini orang tua harus bekerja lebih keras dari biasanya. Tantangan akan lebih  kompleks apabila orang tua sebagai pendamping juga harus bekerja dari rumah. Apalagi  ketika sang anak kabur dari rumah hendak bermain dengan teman-temannya pada saat jam belajar sehingga orang tua harus menyuruh anaknya untuk segera pulang dan belajar serta mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk. Dari sini peran orang tua kian berat. Orang tua yang biasanya mengerjakan pekerjaan domestik dari pagi sampai siang, kini harus menjaga agar suasana belajar di rumah tetap kondusif  sebab guru tidak bisa membimbing secara langsung sehingga guru sulit mengontrol proses pembelajaran yang dilakukannya.

Hal di atas merupakan permasalahan yang dihadapi selama  Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti yang sering penulis temukan, dan penulis juga yakin hal tersebut juga dialami oleh banyak orang tua, guru, dan anak didiknya. Oleh karena itu perlu kiranya ada Trik untuk membangun kolaborasi antara guru dan orang tua dalam menghadapi persoalan tersebut. Kedua unsur di atas yaitu guru dan orang tua harus besinergi dalam mendukung proses pembelajaran jarak jauh.

Adapun trik yang bisa dilakukan dalam kolaborasi tersebut menurut penulis antara lain adalah pertama menyamakan visi, misi dan tujuan. Baik guru maupun orang tua harus memiliki pandangan yang sama bahwa pendidikan terbaik harus diberikan kepada anak, bagaimanapun caranya. Kedua  menjalin komunikasi efektif dan harmonis antara guru dan orang tua. Hal ini dilakukan agar guru mengetahui perkembangan belajar anak di rumah, selain itu juga sebagai sarana orang tua  membangun kepercayaan anak belajar dari rumah. Ketiga guru memberi bahan ajar dengan metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi anak. Sebaik apapun media teknologi daring yang digunakan, apabila tidak sesuai dengan kondisi anak maka tidak bisa mendukung keberhasilan belajar secara maksimal. Apabila anak hanya bisa menguasai WhatsApp dan Video call saja karena kondisi yang terbatas baik kemampuan teknologi maupun kuota internet maka tidak perlu menggunakan Google Classroom atau Office 365. Sebaliknya apabila memungkinkan kondisi bisa berinovasi dalam PJJ maka guru harus kreatif. Keempat guru juga perlu mengetahui bahwa kurikulum PJJ ini adalah kurikulum darurat dari kemendikbud. Tidak seperti kurikulum sebelumnya yang harus memberikan/menyelesaikan semua materi pelajaran seratus persen, namun cuma mengambil essensi materi saja yang bermakna sehingga tidak membebani atau menjejali materi pada anak didik tanpa pemahaman materi tersebut karena kondisi tertentu. Yang penting hendaknya guru memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak didik, keselamatan dan kesehatan menjadi pertimbangan yang utama, hasil belajar siswa diberi umpan balik yang bersifat kualitatif, dan mengedepankan pola interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua.  Kelima  orang tua meningkatkan pendidikan life skill (kecakapan hidup) yaitu sebuah keterampilan yang harus dimiliki peserta didik yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya di dalam masyarakat. Tujuannya agar  mandiri bahkan dapat membantu perkembangan masyarakat di mana ia berada. Contoh sering melibatkan anak dalam aktivitas di rumah dan masyarakat. Anak dengan kecakapan hidup yang baik akan mampu menyelesaikan masalah-masalah melalui pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Life skill akan membentuk karakter yang tangguh dalam hidup.  Hal ini juga sebagai pendidikan karakter saat belajar dari rumah.

Relaksasi kurikulum darurat dilaksanakan berbasis aktivitas, proyek, dan masalah. Orientasi pada literasi dan numerasi, pendidikan kecakapan hidup, penanganan Cavid-19, spiritual, dan aktivitas fisik. (https://www.anggraenisepti.com).  Pada intinya pembelajaran pada masa Cavid-19 ini hendaknya dihadirkan dengan bermakna dan kontekstual. Oleh karena itu kecakapan hidup itu termasuk pada pembelajaran yang berbasis aktivitas. Dengan melatih aktivitas anak agar terbentuk karakter mandiri dan tanggung jawab.  Selain mengerjakan tugas dari sekolah, anak dilibatkan pada aktivitas keluarga dan masyarakat agar bersinergi untuk kelancaran proses PJJ yang fleksibel namun bermakna.

Untuk itu upaya guru dalam PJJ PAI ini menurut penulis guru hendaknya bersikap fleksibel, memberikan bimbingan, komunikatif, dan terbuka untuk konsultasi. Sedangkan upaya orang tua berusaha memahami anak didik, aktif komunikasi dengan guru, terbuka atau jujur  bila ada kendala, dan menyediakan waktu mendampingi anak. Bila hal ini bisa dilaksanakan dengan baik dan guru beserta orang tua bisa bersinergi dalam PJJ ini, insyaAllah tujuan pembelajaran akan terwujud.

Editor: Cosmas