Acara Adat Kulanuwun Solo: Dimana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung
SOLO, poskita.co – Acara Adat Penyambutan 500 warga baru khusus mahasiswa yang datang dari luar Solo terutama dari luar suku Jawa, diikuti dari berabgai pergurusn tinggi yang ada di Solo dan sekitarnya, sekaligus menyambut peringatan Sumpah Pemuda.
Kegiatan dilaksanakan Kamis 24 Oktober 2019, jam 18.00 – 21.00 WIB Bertempat di Balaikota dan Kraton Surakarta. Hal ini dikemukakan Ketua Panitia Kulanuwun Solo Bambang Sudarsono, saat jumpa pers di Roti Ganep, Solo, Selasa (22/10’2019).
Dijelaskan Bambang Sudarsono, peserta yang daftar, dari 29 kampus dan 1 SMK; UNS, UMS, USB, ISI SURAKARTA, UNISRI, IAIN, APN SURAKARTA, UTP, UNSA, UNSAID, STIE ST. PIGNATELI, STIKES KUSUMA HUSADA, STIKES 17, POLTEKKES SURAKARTA, UNKRIS, STIE AAS, INTHEOS SURAKARTA, ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA, AKPER INSAN HUSADA, STIKES AISYIYAH SURAKARTA, POLITEKNIK PRATAMA MULIA SURAKARTA, STIMIK AUB SURAKARTA, UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA, INSTITUT MAMBA’ULULUM, STIKES NASIONAL, UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA, STIE WIJAYA MULYA SURAKARTA, UNIVET, UGM, SMK Bharata.
Dijelaskan Bambang, tujuannya untuk menanamkan kembali dan menumbuhkan spirit luhur “dimana bumi di pijak disitu langit dijunjung“.
“Sebagai sebuah sumbangan bekal psikologis dan spiritual mahasiswa baru dari luar tradisi Jawa yang akan tinggal di Solo, agar lebih mudah mengenal dan bersosialisasi dengan tradisi Solo, selama belajar dan bekerja di Jawa, sanggup menerima Solo seperti “rumahnya“ sendiri,” kata Bambang.
Bambang menjelaskan, Bendera merah putih sepanjng 1000 meter akan di bawa ke keraton Surakarta. Dilanjutkan pekik sumpah pemuda, dalam rangka penyegaran Sumpah Pemuda. Jangan sampai ada kesan lagi manusia terkotak-kotak, jangan sampai ada konflik antar suku. Kota Solo akan jadi ikon, konflik tidak ada. Kota Solo akan jadi ikon nusantara kecil. Solo menjadi pelopor berbagai suku bangsa yang ada di wilayah Surakarta.
Gress Raja, Ketua Putra Ibu Pertiwi (PIP), berharap acara ini bisa di level-level kelurahan, penerimaan warga baru. Lebih rileks menyapa warga yang berasal dari berbagai suku. Sehingga bisa menjangkau semua.
“Kita hanya bikin contoh saja. Acara ini layak angkat beberapa hal: citra kota sebagai rumah adat, rumah budaya. Bisa membantu adik-adik secara psikologi merasa diterima dalam budaya Jawa,” ucap Gress Raja.
Menurut Humas Putra Ibu Pertiwi (PIP) Cosmas, PIP berdiri pada tahun 1998, pasca reformasi. Sekarang mulai bergerak ke arah kebudayaan, sudah ada hari anak, hari ibu, lalu ada deklarasi hari ayah tanggal 12 November di Balai kota Solo dan Maumere. Focus PIP kita menciptakan, menghidupkan, membangun kesadaran budaya.
ARYADI/COS