IMF: Soul of The Mask
SOLO, POSKITA.co – International Mask Festifal (IMF) 2019 kembali menghadirkan pagelaran seni pertunjukan topeng dengan sembilan penampil dari berbagai daerah Solo, Cirebon, Klaten, Gunung Kidul, bahkan dari Belgia dan Belanda.
Digelar pula pameran seni topeng dari masyarakat lintas budaya salah satunya adalah koleksi topeng asal Solo dari Istana Mangkunegaran, gelora spirit seni topeng yang disajikan pada acara ini diharapkan dapat tersalurkan kepada masyarakat, khususnya masyarakat Solo.
Saat konferensi pers di Pendapi Gedhe Balaikota Surakarta, IMF mengusung tema “Soul of The Mask,” IMF 2019 hadir dengan menggaet seniman dari dalam maupun luar negeri menampilkan karya seninya 5-6 Juli 2019 di Pendapi Gedhe Balaikota Surakarta.
Dipilihnya tema terebut, merujuk pada topeng sebagai salah satu bentuk ekspresi jiwa manusia. Seperti diketahui, topeng adalah artefak seni yang sudah dikenal manusia sejak zaman pra-sejarah. Dengan usianya yang telah menembus batas, maka topeng dimungkinkan memiliki nilai magis. Tak heran bila jiwa atau roh yang ada dibalik topeng tetap akan memunculkan daya imajinasi.
Irawati Kusumosasri, pencetus IMF menjelaskan, topeng tidak hanya benda mati tetapi topeng itu punya jiwa, punya karakter yang bisa hidup, yang bisa justru menghidupkan pemainnya sesuai dengan karakter topengnya yaitu adalah jiwa dari topeng ada juga suatu ekspresi topeng yang kalau yang tradisional itu ekpresinya ada yang magis, tapi yang kontemporer ada sekarang berkembang berbagai macam ekpresi yaitu ada yang lucu, ada yang horor dan lain-lain, jelasnya.
Mas Tejo panggilan akrabnya, akan menampilkan tarian Babangko, dalam penjelasannya, tarian Babangko adalah embrio untuk karya tugas kampus, tugas akhir, ingin kembali dengan tradisi saya yang dari kesenian topeng yang sekarang saya pergi ke Solo untuk menemukan ketubuhan baru, di sini saya mulai mengenal banyak ketubuhan di dalam proses menari dan saya mulai perlahan lupa dengan tradisi yang lama, di sini saya melihat kembali masa lalu saya dan ingin mengangkat sepirit bapang saya yang dulu, lanjutnya.
Pagelaran tahun ini secara khusus mengangkat topeng sebagai ikon panggungnya. Pagelaran tersebut hadir sebagai cara untuk menggali kekayaan kesenian topeng di Indonesia. Filosofinya adalah untuk menggali kekuatan kebersamaan dalam kebhinekaan. Kehadiran IMF diharapkan dapat memberikan edukasi tentang apresiasi seni bagi masyarakat, sekaligus sebagai sarana penjagaan nilai dari kehidupan, seni merupakan bagian dari kehidupan budaya yang menjadi karakter bangsa. (Aryadi)