Masyarakat Soloraya Ajak Pemilu Damai, Tolak Hoax dan Isu Sara
SOLO (poskita.co) – Sejumlah elemen masyarakat Soloraya lantang menyuarakan anti hoax. Sebagai bukti keseriusan terhadap merebaknya penyebaran hoax bermuatan SARA maupun ujaran kebencian merekapun mendeklarasikan anti-hoax.
Elemen masyarakat yang bertekad bulat menolak hoax diantaranya anggota Polri, TNI, tokoh agama dan komponen lainnya. Beberapa elemen masyarakat maju ke depan untuk mendeklarasikan anti hoax tersebut.
Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia Niken Setyawati mengatakan deklarasi ini perlu dilakukan agar masyarakat tak termakan informasi hoax yang mudah berkembang melalui media sosial (medsos).
Apalagi menjelang hajat demokrasi terbesar di Negeri ini yaitu Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden, hoax serta ujaran kebencian silih berganti bermunculan di masyarakat.
“Dari penelitian yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika atau Mastel, ujaran kebencian bermuatan syara itu jumlahnya hampir 90 persen beredar di masyarakat. Dan itu sangat berbahaya sekali,”terang Niken pada Poskita.co,di Solo, Kamis (27/9/2018).
Menilik dari data tersebut,ungkap Niken, kontestasi politik tahun 2019 mendatang rawan akan munculnya hoax dan isu SARA yang digunakan para calon yang ingin menduduki kekuasaan.
“Hajat besar Pemilu 2019 ini jangan dijadikan sebuah momen untuk memecah belah bangsa. Untuk itulah perlunya kita duduk bersama mencari cara bagaimana agar kota Solo ini terutama, terbebas dari hoax,”paparnya.
Pihaknya berharap masyarakat semakin cerdas dalam memilih informasi dan menentukan calon yang akan diberi amanah.
Sementara itu Kiswadi Agus salah satu tokoh masyarakat yang hadir dalam deklarasi itu meminta para calon baik dalam posisi presiden dan wakil maupun calon legislatif baik pusat maupun daerah memberikan contoh kampanye yang baik untuk mewujudkan kerukunan dan kesatuan bangsa, bukan malah sebaliknya.
“Kita harap baik capres, cawapres dan elit pokitik lain bisa memberi contoh yang baik dengan tetap menjaga persatuan kesatuan bangsa kita dari perbedaa suku, ras dan agama,” pesannya.
Menurut Kiswadi, yang juga Ketua Handarbeni, masa kampanye merupakan masa kritis dimana hoax dan isu SARA makin gencar muncul di permukaan.
Termasuk kampanye gelap maupun kampanye yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum dinilai menjadi sesuatu yang bahaya dan justru akan meretakkan persatuan dan kesatuan bangsa.
“Hoax dan Isu SARA terutama isu agama yang merupakan hal paling suci pun dijadikan alat untuk meraup keuntungan,” katanya. (Uky)