Tri Dharma Samber Nyawa Bagi Penyelenggara Pemilu

Spread the love

KARANGANYAR (poskita.co) – Tahun politik di era pergolakan demokrasi, selain dibutuhkan pejuang demokrasi, juga institusi yg tidak setengah hati.

Demikian disampaikan Kustawa Esye, dalam acara Pisah Sambut Ketua Panwas Pemilukada 2017-2018 dengan Ketua Bawaslu Karanganyar 2018-2023, Jumat (31/8).

“Pejuang demokrasi tadi, selain non partisan, berintegritas juga menjunjung tinggi asas regulasi,” kata pria yang akrab disapa Cak Koes tadi, dalam acara yang dihadiri tak kurang 90 orang, komisioner Panwascam dan Panwaskab se Kabupaten Karanganyar, beserta seluruh staf sekretariatan.

Selebihnya, lanjut dia, harus punya  nyali dan etos perjuangan tangguh, serta berkomitmen tinggi menegakkan marwah serta amanah kelembagaannya.

Bekal itulah yang menurutnya harus dimiliki setiap personil penyelenggara Pemilu, terutama Komisioner Pengawas Pemilu.

“Siapapun orangnya, apapun profesinya pada dasarnya tidak suka diawasi. Terlebih, obyek utama pengawasan kita politisi,” jelas Kustawa Esye yang telah tiga kali duduk di kursi Komisioner Panwaslu dan satu periode di KPU Kabupaten.

Menurut jurnalis, seniman dan budayawan ini, tidak aneh jika berpegang teguh regulasi dan benar-benar melaksanakan Tupoksi, Komisioner Panwaslu justru tidak disukai, bahkan dimusuhi politisi.

“Kelembagaannya juga harus demikian, jangan mengemban amanah setengah hati, demi menghindari persoalan dengan politisi yang tidak taat regulasi,” tegasnya.

Lepas Sambut: Lepas sambut Ketua Pengawas Pemilukada 2017-2018, Kustawa Esye, dengan Ketua Bawaslu Karanganyar 2018-2023, Nuning Ritwanita.

Dalam acara Lepas Sambut Ketua Panwas Pemilukada 2017-2018 dengan Ketua Bawaslu 2018-2023 ini, Kustawa Esye membagikan karya ciptanya buku “Sejarah & Warisan Nilai-nilai Perjuangan Raden Mas Said” kepada sejumlah personil Panwascam dan Bawaslu Kabupaten.

Raden Mas Said yang lebih dikenal Pangeran Samber Nyawa, menurut dia dibalik kebesaran namanya sebagai Pahlawan Nasional, juga sebagai negarawan, seniman, budayawan, ulama dan politisi ulung.

“Ajaran Tri Dharma Pangeran Samber Nyawa; Rumangsa melu handarbeni, Wajib hangrungkebi dan Mulat sarira hangrasa wani sangat kental dengan nilai kedaulatan rakyat dan pondasi asas demokrasi bangsa kita,” terang Kustawa Esye.

Lebih dari itu, semboyan Raden Mas Said ‘Tiji Tibeh‘ (Mati siji mati kabeh dan Mukti siji mukti kabeh), menurutnya semestinya juga dijadikan penguatan kelembagaan Pengawas Pemilu.

Buku yang yang diterbitkan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) tadi, diharapkan dapat menginspirasi dan disuritauladani para pejuang demokrasi, terutama bagi Pengawas Pemilu di Karanganyar.

Dimaksud sebagai seruan kesadaran literasi kepada penyelenggara Pemilu, dalam kesempatan itu Kustawa Esye juga membagi-bagikan buku karyanya yang lain.

Kepada Ketua Bawaslu 2018-2023, Nuning  Ritwanita, dia berpesan agar tetap menjaga integritas, independensi dan kesolidan lembaga.

Menurut Cak Koes, semua prestasi yang diraih Panwas Pemilukada, merupakan keberhasilan kelembagaan seluruh jenjang, bukan keberhasilan ketua atau anggota komisioner kabupaten saja.

Dalam acara yang sama, Nuning Ritwanita selain menyampaikan terima kasih kepada Kustawa Esye yang telah purna tugas sebagai Ketua Pengawas Pemilukada 2018, juga tetap memohon bimbingan serta sumbang sarannya untuk melanjutkan tugas pengawasan Pemilu Legeslatif dan Pilpres 2019. (una/sta)

Caption Foto Atas:
Kustawa Esye menyerahkan buku karyanya, “Sejarah dan Warisan Nilai-nilai Perjuangan Raden Mas Said” kepada Dian Harlani, Panwascam Jumantono.