Widodo Tiap Hari Jalan Kaki 10 Km Menjaja Perabotan
KARANGANYAR, Poskita- Ditengah pandangan sebagian orang yang menilai hidup ini begitu susah dan keras, namun sangat berbeda dari apa yang di rasakan Widodo (49). Sebagai penjaja perabotan yang tinggal di Dusun Ngasinan, Gebang, Masaran, Sragen, Widodo dengan enteng dan santai menjalani hidup ini. Tidak pernah was-was dan tidak perlu sepaneng (tegang) meski masalah datang silih berganti.
Begitulah yang terucap oleh penjaja perabotan tersebut saat dijumpai wartawan Poskita, pada Sabtu 25 Nopember 2017 di Desa Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo.
Pria paruh baya itu terlihat menikmati betul kehidupan setiap harinya disaat melepas penat sejenak usai berjalan kaki tuk berkeliling menjajakan perobotan rumah tangga ke kampung satu menuju kampung lainnya. Arit, gobang, martil, geraji, pisau dapur dan lainnya di pikul dengan pundak kiri dan kanannya.
Postur tubuh Bapak empat anak itu meski tampak lebam terkena panasnya sinar matahari, namun begitu kuat dan menikmati hari harinya sebagai penjual perobatan rumah tangga. ”Namanya hidup mas, jalani enteng enteng saja. Tak perlu risau. Rejeki itu sudah ada yang mengatur,” ucap Widodo dengan mantap.
Dalam percakapan sejenak, Widodo bercerita kalau sudah lama berjualan perabotan rumah tangga yakni sejak tahun 1988. Awalnya semenjak lulus sekolah tingkat menengah, di kampung halamannya ada pengepul barang dagangan seperti sabit, martil dan lain-lain. Hal itu membuat Widodo tertarik untuk mencoba berjualan, terlebih lagi sebagian warga Gebang telah menekuni pekerjaan tersebut. ”Enaknya berjualan mas, saya bisa mengatur diri sendiri. Tak seperti kerja ngikut orang yang selalu diperintah-perintah,” tambah Widodo.
Ketika hendak berjualan, diawali pada pagi hari sekitar pukul 06.00, Widodo dari rumah naik bus mencari lokasi jualan yang dipilih. Mulai dari Purwokerto, Semarang, Purwodadi, sudah di jajaki semua di era tahun 90-an. Namun mulai tahun 2000-an Widodo memilih jualan di Solo dan sekitarnya.
Meski setiap hari jualan perabotan rumah tangga pendapatannya tidak seberapa, yakni kisaran Rp 200.000 hingga Rp 300.000 kotor atau bersih sekitar 30 persen dari barang yang laku, namun Widodo menikmatinya hingga bertahun-tahun.
Padahal tiap hari dari akfitasnya pak Widodo bisa menempuh jalan kaki hingga 10 kilometer dengan memikul barang dagangannya. Namun hal itu, tidak membuat tubuhnya ringkih.
Dari menekuni jualan itu, Pak Widodo telah mengantarkan 2 anaknya dari 4 bersaudara untuk berumah tangga dan mampu membiayai sekolah 2 anaknya yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas (SMA) atas dan SMP. Begitulah cerita dari Pak Widodo, Hidup di jalani dengan sak madya, seadanya, yang penting mengalir apa adanya. Rejeki yang halal itu menenangkan dan menentramkan. (ds)