Festival Media 2017, “Jurnalisme Damai, Jurnalisme Keberagaman”
Solo, Poskita.co
Sekarang ini, jurnalisme di Indonesia sedang diuji. Buktinya, beberapa tahun terakhir, Indonesia diguncang beragam isu yang dikhawatirkan banyak pihak bakal mengancam keutuhan NKRI.
“Harus diakui, media yang memiliki pengaruh besar dalam membangun opini publik ikut andil dalam pembentukan kondisi itu. Media terkadang lupa prinsip dasar jurnalistik yang mengharamkan pemuatan berita yang mengeksploitasi kasus bernuansa suku, agama dan ras (SARA),” kata Adib M. Asfar Ketua Panitia Lokal Festival Media (Fesmed) 2017 kepada Poskita.co.
Dikatakan Adib, keberadaan media sosial yang tidak terkontrol kian memperuncing persoalan. Melalui media sosial, seseorang bisa dengan mudah meng-share berita dari situs-situs tertentu tanpa terkonfirmasi kebenarannya informasi yang terkandung di dalamnya.
“Secara etik, media massa punya tanggung jawab besar dalam menjaga keharmonisan masyarakat. Media massa tidak seharusnya mengikuti langgam media sosial yang nyaris tanpa aturan,” ujar Adib M Asfar.
Masalahnya, media mainstream pun ikut mencari jalan pintas dengan menjadikan media sosial sebagai sumber berita tanpa proses verifkasi yang cukup. Dalam batas tertentu, pemberitaan di media online mirip dengan jurnalisme perang ketimbang jurnalisme damai.
Sementara itu, Humas Fesmed AJI 2017, Mariyana Ricky Pd, mengungkapkan tema yang diusung “Jurnalisme Damai, Jurnalisme Keberagaman.” Acara ini bagian dari Kongres ke-X Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
“Beragam kegiatan digelar selama dua hari. Melalui kegiatan ini, kami ingin memberikan ruang bagi jurnalis, pengelola media massa baik cetak, online, televisi, radio, media komunitas maupun kalangan pemangku kepentingan media untuk berinteraksi dengan masyarakat,” kata Mariyana Ricky kepada Poskita.co
COSMAS