Sakit Jiwa, Ibu Empat Anak 30 Tahun Hidup Terpasung

Spread the love

WONOGIRI (poskita.co) – Program Wonogiri bebas pasung agaknya harus menghadapi kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap takhayul. Sebab gara-gara takhayul ini, Ny. Mikem (55), warga Dusun Kepuh, Desa Ploso, Kecamatan Purwantoro harus menderita sakit jiwa tanpa pengobatan medis.

Sejak sekitar 30 tahun lalu, ibu empat orang anak ini harus hidup di gubuk berdinding anyaman bambu yang dibangun tersendiri di belakang rumahnya. Kaki kiri Ny. Mikem tidak leluasa bergerak. Seutas rantai besi dengan salah satu ujungnya ditanam di lantai, menyebabkan Ny.Mikem hanya bisa duduk di tumpukan kain lusuh sambil mengepang helai-helai mendong bahan tikar.

“Saya mencoba menggali ingatan ibu dengan memberinya kesibukan menganyam tikar yang konon pernah menjadi pekerjaan sampingannya,” tutur Rozul (bukan nama sebenarnya), anak ke dua Ny. Mikem saat ditemui di rumahnya, Kamis (19/10).




Tentang tindakan merantai kaki ibunya, menurut Rozul dilakukan atas kesepakatan keluarga. Pasalnya jika dilepas, Ny. Mikem sering keluyuran hingga membuat bingung keluarga.

Bahkan Ny. Mikem pernah melompat ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya, ketika sungai itu sedang banjir.

Rozul, mengatakan, dia ingin ibunya mendapat perawatan medis agar segera sembuh. Namun itu hanya keinginannya pribadi yang harus berbenturan dengan pendapat keluarga.

“Secara pribadi saya sangat setuju kalau ibu dirawat di rumah sakit. Tapi saya baru tinggal di sini sekitar lima tahun ini. Sebelumnya saya ikut bapak setelah bapak menceraikan ibu sepihak. Karenanya saya harus minta pertimbangan keluarga yang telah lama merawat ibu,” jelas Rozul.

Menurut Rozul, dulu ibunya beberapa kali dibawa berobat ke “orang pintar”. Beberapa kerabat menganggap Ny. Mikem bukan sakit medis, melainkan akibat gangguan bersifat ghaib. Upaya berobat ke “orang pintar” itu tidak membuat kondisi ibunya membaik.

Meski begitu, beberapa kerabat bersikukuh Ny. Mikem terganggu hal ghaib. Sehingga mereka menolak membawa Ny. Mikem ke rumah sakit. Terlebih ketika pemerintah mengevakuasi Ny. Mikem ke rumah sakit jiwa (RSJ) sekitar lima tahun lalu, Ny. Mikem justru menderita diare.

“Saya harus menghormati pendapat orang yang lebih tua dan telah lama merawat ibu, tanpa menutup harapan untuk mendapat perawatan medis,” tandas Rozul.(W1di)

 

Manusia Kepompong Sembunyi di Purwantoro