Sanggar Seni ‘Kyai Mojo’ Menggeliat Setelah Lama Mati Suri

Spread the love

SRAGEN, (Poskita) – Keberadaan kesenian  di wilayah Sragen ternyata tidak sebatas seni tradisional seperti wayang, karawitan gaya Sragen maupun tayub. Tetapi para seniman yang tergabung dalam sanggar seni ‘Kyai Mojo’ telah lama ikut mewarnai kegiatan seni di bumi Sukowati. Bahkan gaungnya, telah merambah kancah nasional maupun internasional. Kendati sempat lama mati suri, para seniman yang  di sanggar beralamat di jalan Kresno, Mojo wetan, Sragen ini, akan berkolaborasi lakukan gelar budaya. Bertajuk ‘Dilema’ para seniman Sragen akan mengungkap realita masalah sosial dan politik di tengah masyarakat yang dikemas bentuk kolaborasi seni mulai tari, dalang, musik maupun teater.

Ketua sanggar Kyai Mojo, Rudiyanto mengatakan, para seniman Sragen memang akan menggelar budaya kolaborasi kontemporer, Rabu malam (30/8) mendatang. “Gelaran seni ini berkolaborasi antara seni tradisional dan modern dengan memadukan unsur tari, teater maupun musik untuk menyajikan pertunjukan yang lain terhadap warga Sragen,” tutur Rudiyanto yang dikenal sebagai pelukis Sragen ini, Jumat (25/8).

Menurut Rudiyanto, kolaborasi tersebut memadukan Kyai Mojo Etnic Music,  Sanggar tari  Sukma Puspita dan Dalang ki Sularso, Mudho Darsono. Teman ini mengangkat isu korupsi yang marak di lakukan para pejabat nasional. Lantas masalah politik hingga keberadaan smartphone yang sudah mendera para anak-anak saat ini. “Pentas seni yang akan digelar ini sebagai refleksi budaya di lingkungan sehari-hari untuk menjadi kajian yang di paparkan dalam bentuk kolaborasi seni,” ucap Rudiyanto.

Selain itu, dengan kegiatan yang juga melibatkan para ibu PKK di kampung Mojo ini , kata Rudiyanto, menghidupkan kembali kegiatan seni Kyai Mojo Sragen yang sempat mati suri lama. Sanggar seni yang didirikan sejak tahun 2002 ini, awalnya sudah menggelar sejumlah pertujukkan baik di tingkat lokal hingga nasional. Bahkan tujuh perupa yang tergabung dalam Sanggar Kyai Mojo pernah pameran di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Kemudian teater maupun pertujukan seni lain juga sering mengisi pentas di Taman Budaya Surakarta.

“Setelah lama sempat hijrah ke Bali, kami pulang kampung untuk kembali menghidupkan kembali geliat sanggar Kyai Mojo bisa kembali mengukir seni di Sragen,” tutur Rudiyanto. (Ars)