Konsep Pembelajaran ABK di Masa Pandemi

Spread the love

Kurniah Mazhud, S.Pd
SLB Negeri Tana Tidung

Banyak tantangan dalam pembelajaran bagi guru SLB pada masa pandemi Covid-19 kepada anak berkebutuhan khusus. Salah satunya adalah mengenai cara guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang tidak dilakukan secara tatap muka langsung.

Guru harus menyesuaikan kurikulum pendidikan pada masa pandemi ini. Tentunya tidak mudah menghadapi perubahan situasi pembelajaran dan kondisi belajar yang dilakukan dari rumah masing-masing.
Menurut Joko Yuwono seorang pakar difabel (2020) mengemukakan bahwa, Bagi ABK yang sedang pada tahap sekolah berorientasi hanya pada kemandirian, maka bisa jadi membutuhkan pendampingan yang cukup ketat. Kondisi anak dengan orientasi kebutuhan mengisi waktu luang, maka anak membutuhkan pendampingan yang ekstra. Sekolah juga harus membantu menyelesaikan masalah kegiatan di rumah. Kecil atau besar dukungan dan bantuan sekolah atau guru akan sangat berarti.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam lingkungan belajar. Berkaitan dengan itu, maka konteks pembelajaran merupakan suasana atau keadaan suatu proses interaksi antara pendidik dengan anak didik (pembelajar) dalam lingkungan belajar.

Hal inilah yang membutuhkan perhatian khusus bagi guru ABK yang mengajar di SLB saat pandemi. Guru harus menyusun pembelajaran kreatif yang dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif. Pembelajaran kreatif mengharuskan guru untuk mampu merangsang peserta didik memunculkan kreatifitas, baik dalam konteks kreatif berpikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu.

Pada masa pandemi, berbagai upaya dilakukan baik pembelajaran daring maupun pembelajaran luring. Pembelajaran luring merupakan salah satu hal yang ditempuh bagi guru ABK sebagai bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak dalam kondisi terhubung jaringan internet maupun intranet. Guru mendatangi rumah peserta didik dan mengajar secara langsung. Dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang baru dalam selama belajar mandiri dari rumah. Hal ini dibutuhkan peran orang tua, kerabat, atau pendamping belajar anak berkebutuhan khusus. Orang tua atau pendamping belajar harus paham dalam penggunaan teknologi digital guna mendukung kegiatan belajar di rumah. Hal itu karena saat anak berada di rumah mereka merasa tidak harus belajar seperti di sekolah.

Adi Sunaryo (2020) mengemukakan pula bahwa “Ajak anak langsung praktik aktivitas sehari-hari dan langsung ajarkan materi-materi seperti warna, angka, huruf selama praktek bersama anak.”

Dengan adanya keterlibatan guru dan kepedulian orangtua mendampingi belajar anak akan semakin aktif sehingga lebih mudah dipahami oleh anak. Hal ini dapat pula meningkatkan hubungan yang baik antara peserta didik dan guru melalui pengalaman berharga yang mereka dapatkan secara langsung. Sistem pembelajaran menjadi lebih nyata karena berbagai objek pembelajarannya dapat dilihat bahkan dirasakan langsung. Meski demikian, waktu dan tenaga guru menjadi tersita lebih lama. Hal ini dikarenakan pembelajaran luring waktunya tidak tersetruktur seperti pembelajaran di dalam kelas dan membutuhkan waktu yang panjang untuk mengunjungi rumah siswa.

Dalam konteks pembelajaran luring dimaksudkan adalah cara pendidik mengajar dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih caranya sendiri dalam belajar dan bertanya. Dalam artian pendidik memberi kebebasan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri dengan cara yang kreatif. Model pembelajaran luring bagi ABK adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber melalui praktik secara langsung.

Editor: Cosmas