Merdeka Belajar Matematika di Tengah Pandemi Covid-19

Spread the love

ARTIKEL ILMIAH POPULER

Marsiyana Tri Widayanti, S.Pd

SMP Negeri 1 Karanganyar

Semua orang setuju bila pandemi  Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) merupakan bencana internasional. Tak pelak lagi karena akibat Covid-19 tidak hanya jutaan manusia di seluruh belahan dunia yang menjadi korban keganasannya namun wabah tersebut juga berdampak serius kepada seluruh aspek kehidupan termasuk pelaksanaan pendidikan di Indonesia.

Namun demikian siapa pun tidak boleh putus asa dan terpuruk akibat situasi yang tidak bersahabat ini, kita percaya bahwa dibalik  bergunung-gunung masalah pasti ada solusi. Apapun yang terjadi, pelaksanaan pendidikan tidak boleh  berhenti.

Selaras dengan upaya perbaikan mutu pendidikan yang berkelanjutan, menteri pendidikan dalam 100 hari program kerja Kementerian Pendidikan Indonesia menyatakan bahwa dalam menghadapi tantangan jaman  era 4.0 terdapat beberapa pembenahan mendasar terkait dengan sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu isu penting yang menjadi trending topik yaitu tentang merdeka belajar.

Menurut pendapat pakar pendidikan, belajar dipahami sebagai suatu tindakan sadar untuk melakukan perubahan diri yang berangkat dari kondisi awal tidak tahu kemudian setelah melalui berbagai proses yang terencana dan sistematis dihasilkan perubahan yang diharapkan sesuai dengan tujuan belajar. Adapun perubahan belajar yang dihasilkan sesuai harapan tersebut dinamakan kompetensi. Sementara itu merdeka belajar mengandung maksud bahwa dalam melakukan proses pembelajaran baik guru maupun siswa memiliki keleluasaan dalam memilih metode, media, dan sumber belajar.

Merdeka belajar memberikan angin segar bagi sekolah, guru, dan siswa dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan banyak pilihan sumber belajar. Ketika proses belajar mengajar dilaksanakan secara tatap muka barangkali tidak terbersit di benak bagaimana memanfaatkan jaringan internet di dalam proses pembelajaran atau bila ada hanya beberapa orang tertentu yang sudah terbiasa menggunakan media sosial internet sebagai media pembelajaran.

Akan tetapi akibat dari pandemic covid 19 dimana pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh/pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring dan pegawai diperintahkan untuk bekerja dari rumah (work from home) maka mau tidak mau kita dipaksa untuk bisa mengoperasikan komputer serta memanfaatkan jaringan internet sebagai sarana pembelajaran yang efektif. Dibalik musibah ternyata ada berkah yakni para guru dipaksa untuk pintar dalam memanfaatkan berbagai aplikasi yang dapat mendukung pelaksanaan proses belajar menggunakan internet.

Terdapat banyak aplikasi pembelajaran yang direkomendasi untuk digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran PJJ di antaranya: google classroom, google form, stream yard, google meet, Ukline, MSteam, whatsap, dan sebagainya. Tiap-tiap aplikasi tersebut memiliki spesifikasi penggunaan yang berbeda. Pemilihan aplikasi yang akan digunakan tentu perlu disesuaikan dengan materi pelajaran serta jumlah partisipan serta durasi waktu yang dibutuhkan dalam proses belajar yang berlangsung.

Dengan beberapa pertimbangan yang dilakukan, penulis seringkali menggunakan aplikasi google classroom sebagai media pembelajaran jarak jauh. Melalui aplikasi tersebut penulis dapat memantau kegiatan belajar siswa dan melakukan interaksi belajar bersama  secara langsung hal ini dikarenakan beberapa menu/tools (judul, deskripsi, materi,tugas, daftar hadir, penilaian dan skoring) yang mendukung terjadinya pembelajaran secara efektif.

Hal yang membuat penulis merasa gembira dan bersemangat yaitu saat  penulis memberikan materi tentang bangun ruang (KD 4.9 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prima dan limas), serta gabungannya). Penjelasan yang disertai dengan video pembelajaran ternyata membangkitkan antusiasme siswa untuk belajar yang ditunjukkan melalui jumlah daftar hadir dan banyaknya pertanyaan yang disampaikan, apalagi kesempatan belajar menggunakan aplikasi google classroom diberi waktu 24 jam. Hal ini memberikan keleluasaan untuk membuka berulang-ulang manakala belum memahami materi.

Hal yang lebih menggembirakan lagi yaitu ketika siswa diberi tugas untuk menghitung berapa jumlah keramik yang dibutuhkan untuk dipasang pada dinding tembok yang ada di kamar tamunya masing-masing. Pada saat itu hampir sepanjang hari HP guru berdering melayani pertanyaan siswa, memang pada awalnya sangat merepotkan tetapi hal ini mengindikasikan bahwa respon siswa terhadap penggunaan media pembelajaran tersebut berhasil.

Di balik dari bencana kemanusiaan yang mendunia, pandemi Covid-19 menjadi jendela cakrawala guru dalam menyongsong era merdeka belajar menjadi semakin melek teknologi. Melalui peristiwa tragis tersebut kita patut untuk terus bersyukur karena semakin mengenal pemanfaan jaringan internet secara luas. Musibah ini bahkan bisa dianggap sebagai starting point pembelajaran dalam menyongsong era 4.0 dimana penggunaan aplikasi pembelajaran tidak hanya digunakan pada saat-saat situasional darurat pendidikan saja, melainkan dapat ditindaklanjuti sebagai perbaikan mutu layanan pembelajaran yang berkualitas berbasis internet.

 

Editor: Cosmas