Bermain dan Berprestasi Dalam Atletik

Spread the love

Artikel Populer

Kastoro, S.Pd

Guru Mata Pelajaran Penjasorkes

SD Negeri 2 Bumiayu Weleri

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan pendidikan yang dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan, dan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Penjasorkes pada anak usia sekolah dasar (SD) adalah bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Bermain atau berolahraga merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak, sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya, melalui bermain anak akan memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi dan fisik (Moeslichatoen, 2004; Lutan, 2006). Oleh sebab itu, penulis yang juga guru Penjasorkes menerapkan pembelajaran di SD Negeri 2 Bumiayu Weleri melalui strategi bermain yang menyenangkan, terutama pada bidang atletik lompat tinggi agar peserta didik tetap sehat secara jasmani atau badan (fisik).

Atletik merupakan ibu dari sebagian besar cabang olahraga, karena atletik adalah gabungan dari beberapa olahraga yang dapat kita temui sehari-hari. Gerakan-gerakan yang ada dalam atletik seperti lari, lompat dan lempar dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga lain. Dengan diwajibkannya cabang olahraga atletik diberikan di sekolah-sekolah dalam mata pelajaran Penjasorkes, sudah selayaknya membawa angin segar untuk meningkatkan motivasi siswa untuk mengikutinya.

Lompat tinggi merupakan salah satu nomor lompat yang terdapat dalam cabang atletik. Lompat tinggi menurut (Arif Sarifusin (1992:106) adalah bentuk gerakan melompat dengan cara mengangkat kaki ke depan dan ke atas dalam usahanya membawa titik berat badan setinggi mungkin untuk mencapai ketinggian tertentu dan melewati mistar. Agar dapat mencapai lompatan yang setinggi mungkin seorang pelompat harus memiliki kondisi fisik dan penguasaan teknik dasar yang baik merupakan unsur yang utama.

Atletik secara bermain contohnya pada cabang lompat tinggi dapat menggugah perhatian anak-anak dan dapat memfasilitasi semua tingkat keterampilan olahraga yang ada pada kelas yang kita ajar. Menurut Eddy Purnomo (2007: 59-61) teknik lompat tinggi meliputi 4 (empat) yaitu 1) awalan atau ancang-ancang (approach run), 2) Tolakan (take off), 3) Sikap badan di atas mistar (clerance of the bar), dan 4) Sikap mendarat (Landing).

Banyak kendala dan hambatan yang penulis hadapi agar pembelajaran atletik, khususnya lompat tinggi agar disukai dan disenangi oleh siswa, terlebih agar bisa berprestasi pada salah satu nomor lomba di tingkat antar pelajar. Salah satu kendala yang sering ditemui penulis di lapangan antara lain adalah kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan lompat tinggi yang memadai. Apalagi kalau dikaitkan dengan masalah dana, untuk pengadaan dan pemeliharaan peralatan standar yang harganya relatif mahal. Namun, semua itu bukan menjadikan kendala penulis untuk memberikan pengajaran yang maskimal. Penulis mensiasatinya dengan mengganti peralatan standar yang belum dipunyai sekolah dengan peralatan serupa yang bisa dimodifikasi dan diterapkan dalam olahraga lompat tinggi.

Permainan lompat tinggi yang dimodifikasi oleh penulis tidak berarti menghilangkan unsur keseriusan, mengabaikan unsur ketangkasan atau menghilangkan substansi pokok materi atletik.

Salah satunya penulis menerapkan pembelajaran lompat tinggi menggunakan tali karet sebagai mistar dan tongkat lempar lembing sebagai tiang di sisi kanan dan kiri arena bermain. Karet bersifat lentur dan lunak, tidak berbahaya apabila dipergunakan sebagai media pembelajaran, sehingga anak tidak merasa takut untuk melakukan latihan melompat. Tali karet dibentangkan dan diatur ketinggiannya.

Penulis mencoba menyaajikan pembelajaran lompat tinggi dalam bentuk bermain, dan bukan dalam nomor-nomor atletik secara utuh. Unsur variasi dimasukkan dengan memperkaya perbendaharaan gerak dasar pada anak-anak. Kegiatannya didominasi oleh pendekatan eksplorasi dalam suasana kegembiraan dan diperkuat oleh pemenuhan dorongan berkompetisi sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik yang menyangkut perkembangan kognitif, emosional maupun perkembangan geraknya.

Dalam menyajikan Proses Belajar Mengajar (PBM) atletik lompat tinggi tak hanya menekankan pada penguasaan teknik dasar, berorientasi kepada hasil atau capaian prestasi siswa pada setiap nomor atletik. Dengan menerapkan unsur bermain dan kesenangan siswa akan mengubah atau mengembangkan pola pikir kita sebagai guru dalam PBM atletik. Dari berorientasi prestasi, berubah kepada orientasi PBM atletik bernuansa bermain dan menyenangkan, dari ketergantungan pada penggunaan alat-alat standar, menjadi pemanfaatan alat-alat sederhana yang dimodifikasi agar dapat digunakan dalam pembelajaran.

Editor: Cosmas