Tanamkan  Karakter  Nasionalisme Pada  Anak TK  Melalui “DORI”

Spread the love

oleh: Sumarni, S.PdAUD

TK Pertiwi 01 Malanggaten Kebakkramat Karanganyar

 

Pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Karakter nasionalisme pada anak usia dini perlu diajarkan dan dikenalkan.

Sebab karakter karakter nasionalisme menjadi ujung tombak pendidikan karakter kebangsaan yang memiliki peranan utama untuk dapat meraih kemerdekaa, mempertahankannya dan mengisinya sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain.

Rasa nasionalisme ini dapat menjadi senjata yang ampuh dalam konteks kehidupan modern, terutama di tengah arus globalisasi. Nasionalisme itu sendiri merupakan suatu paham kebangsaan yang timbul karena adanya perasaan senasib dan sejarah serta kepentingan untuk bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu berdaulat dan maju dalam satu kesatuan bangsa, negara dan cita-cita bersama, guna mencapai dan memelihara serta mengabadikan identitas persatuan, kemakmuran, kekuatan dan kekuasaan negara kebangsaan yang bersangkutan (silaban, 2012: 1).

Sedangkan karakter nasionalisme adalah suatu sikap kesetiaan terhadap bangsa. Rasa cinta terhadap negara dapat ditunjukan dengan berbagai cara. Di era globalisai sekarang sikap nasionalisme pun mulai berkurang dengan masuknya budaya asing ke negara kita.

Berangkat dari hal tersebut, penulis yang merupakan seorang pendidik di TK Pertiwi 01 Malanggaten Kebakkramat, Karanganyar, selalu berusaha menumbuhkan rasa cinta tanah air kepada anak didiknya, agar dapat mewujudkan sikap dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, dan menghindari penyimpangan-penyimpangan sosial, yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia.

Metode pembelajaran yang penulis suguhkan dalam upaya untuk menanamkan nilai pendidikan karakter karakter nasionalisme yaitu dengan DORI (dongeng dan tari).  Melalui dongeng dan tari, banyak hal yang dapat penulis informasikan kepada anak-anak. Baik itu pesan moral maupun  nilai-nilai agama.

Menurut Einon (2006) dalam Andini, dongeng adalah berisi sekumpulan cerita yang disukai anak-anak karena memberikan kesempatan kepada anak untuk berimajinasi dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa tersebut ke dalam khayalan. Dongeng dapat menarik perhatian anak dengan mudah sehingga diserap oleh sensor memori untuk kemudian diteruskan ke memori jangka panjang.

Penulis memberikan dongeng dengan tema-tema yang dapat menambah kecintaan kepada tanah air, dan timbulnya rasa bangga kepada bangsa.  Narasi dongeng yang penulis sampaikan unik dengan penyampaian dongeng yang menarik, bermuatan pesan moral untuk cinta tanah air yang mudah dipahami anak, senarasi dongeng yang penulis buat tidak terlalu panjang dan mudah dipahami oleh anak.

Selain dongeng, pembelajaran tari juga memiliki peranan dalam pembentukan pribadi atau mental yang selaras pada anak usia dini. Tari memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan perkembangan emosional dan kecerdasan sosial yang baik, selain juga kemampuan motorik anak. Semakin maraknya budaya asing yang masuk, seperti bahasa, tari dan pakaian merupakan sebuah ancaman yang besar bagi integritas suatu negara.

Permasalahan yang muncul nantinya adalah eksistensi nilai, moral dan karakter bangsa Indonesia. Indonesia memiliki keanekaragaman tari. Setiap daerah memiliki tarian yang khas, yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Banyaknya ragam tari di Indonesia mencerminkan keanekaragaman budaya bangsa ini.

Pembelajaran tari yang penulis terapkan, berorientasi pada anak di sekolah pada dasarnya mengacu pada prinsip perkembangan anak, dimana salah satunya anak menjadi baik apabila kebutuhan fisik dan psikologis terpenuhi dengan baik.

Melalui gerakan tari, koreografi pada anak usia dini, penulis bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak selain juga fisik motorik.   Dongeng dan tari yang dikolaborasi menjadi sebuah metode pembelajaran yang menarik bagi anak, dimana anak dapat berimajinasi sekaligus mempraktekkan secara langsung merupakan kemenarikan tersendiri dalam proses pembelajaran bagi mereka.

Dongeng dan tari yang dikolaborasi menjadi sebuah metode pembelajaran yang menarik bagi anak, dimana anak dapat berimajinasi sekaligus mempraktekkan secara langsung merupakan kemenarikan tersendiri dalam proses pembelajaran bagi mereka.

Dongeng yang dibacakan oleh penulis dan didengarkan oleh anak, tanpa disadari pesan moral yang terkandung dalam dongeng tersebut akan tertanam dengan kuat dalam benak setiap anak. Sehingga, pesan nilai nasionalisme yang hendak disampaikan dapat tercapai. Begitu pun demikian dengan tarian, melalui gerakan tari anak dapat belajar mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam tarian tersebut.

Selain itu, strategi belajar melalui dongeng dan tari merupakan cara yang menarik bagi anak-anak, sehingga anak-anak akan menyukai kegiatan belajar ini karena melibatkan aktivitas fisik yang mengajak mereka bergerak secara variatif dan memainkan emosi sosialnya dalam suatu aktivitas yang menyenangkan.

Selanjutnya, penulis akan terus mengembangkan kesesuaian tema dalam aktvitas proses belajar berdasarkan minat dan keunikan masing-masing anak melalui capaian keberhasilan yang nampak pada karakter nasionalisme, yang diharapkan menjadi tolak ukur kebermakanaan proses internalisasi nilai karakter nasionalis yang diharapkan.

Editor: Cosmas