Jigsaw dan Numbered Heads Together Tingkatkan Keterampilan Berbicara Siswa

Spread the love

Maria Niken Setyarini

Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 4 Semarang

 

Bahasa Inggris sebuah bahasa internasional yang digunakan di banyak negara. Generasi Indonesia tidak bisa menghindar dari pergaulan internasional, adalah fakta.

Mempelajari Bahasa Inggris sekaligus budaya para penuturnya akan membuka peluang anak muda Indonesia,  untuk kepentingan studi ke luar negeri serta mendapatkan pekerjaan. Belajar Bahasa Inggris sama seperti Bahasa Indonesia, juga membuka kesempatan dan menumbuhkan minat para siswa untuk menekuni ilmu linguistik, kesusastraan, dan jurnalistik. Bahkan Bahasa Inggris bisa menjadi stepping stone bagi siswa untuk menggeluti bidang ilmu lain yang relevan.

Hanya saja, keterampilan berbahasa Inggris terutama keterampilan berbicara sebagian siswa masih sangat kurang. Bisa dikatakan siswa hanya menguasai bahasa Inggris secara pasif.

Berdasarkan fakta tersebut, perlu strategi mengajar agar siswa memiliki keterampilan berbicara yang lebih baik dari sebelumnya. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan berbicara adalah dengan membaca. Dengan membaca, seseorang yang memiliki masalah dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris akan memperoleh ilmu pengetahuan dalam menyampaikan sesuatu dengan lebih baik.

Menurut Mikulecky et.al (2004), keuntungan dari membaca adalah bisa memperkaya vocabulary, meningkatkan reading speed, memahami bacaan, dan meningkatkan keterampilan menulis. Akan tetapi pembelajaran membaca biasanya akan membuat siswa menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran, karena proses kegiatan belajar mengajar yang kurang aktif dan monoton.

Kegiatan lebih banyak menterjemahkan teks dan kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menyertainya. Oleh sebab itu,  kegiatan belajar mengajar harus dimodifikasi menjadi sebuah kegiatan yang lebih menarik dan menantang dengan mengedepankan student-centered learning sehingga proses KBM akan menjadi lebih aktif dan merangsang siswa untuk berbicara.

Salah satu cara yang bisa mendukung student-centered learning adalah dengan cooperative learning technique,  di antaranya adalah jigsaw dan numbered heads together.

Dalam teknik jigsaw siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 anggota yang masing-masing diberi kode yang berbeda, misalnya A,B,C dan D. Setiap anggota kelompok berperan sebagai home team sekaligus sebagai expert team. Kemudian tiap anggota kelompok meninggalkan home team dan membentuk kelompok baru dengan anggota home team yang lain yang mempunyai kode sama yang kemudian disebut expert team.

Setelah expert team berdiskusi tentang masing-masing materi yang sudah dipersiapkan guru, mereka akan kembali ke home team dan menyampaikan materi sesuai dengan bagiannya. Expert team harus “mengajar” bukan membaca handout atau materi yang dipegangnya. Setelah semua expert dalam home team menyampaikan materi masing-masing, maka tiap kelompok akan menyampaikan hasil diskusi di depan kelas (Jacobs et.al. 1997).

Dalam jigsaw, semua siswa memiliki kesempatan dan tanggung jawab yang sama, baik siswa yang berperan sebagai home team maupun expert team, karena mereka harus mempelajari, berbagi dan mempresentasikan informasi yang mereka peroleh kepada siswa lain.

Di sini mau tidak mau siswa akan banyak berlatih berbicara. Inilah salah satu kelebihan jigsaw, siswa dengan kemampuan yang berbeda memiliki tanggung jawab yang sama. Itulah sebabnya siswa dengan kemampuan bahasa Inggris yang  kurang akan memiliki kepercayaan diri yang baik dalam mempelajari dan memyampaikan ilmu pengetahuan kepada yang lain.

Situasi seperti ini membuat siswa merasa lebih nyaman dalam belajar bahasa Inggris. Teks yang semula membosankan akan diselesaikan bersama dalam kelompok. Variasi pembelajaran seperti ini akan membuat siswa merasa senang.

Belajar bersama bagi sebagian siswa merupakan cara yang baik untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Dan jigsaw dapat digunakan untuk meminimalisir rasa kurang percaya diri siswa, terutama siswa yang awalnya tidak bisa atau bahkan tidak suka dengan bahasa Inggris.

Disamping itu, untuk memunculkan persaingan diantara siswa, jigsaw dapat dipadukan dengan numbered head together pada sesi menjawab pertanyaan. Kode yang berbeda dalam home team yang digunakan dalam jigsaw bisa digunakan sebagai nomor bagi tiap anggota kelompok. Misalnya kode A untuk nomor 1, B nomor 2, C nomor 3 dan D nomor 4. Tiap anggota kelompok harus mengingat nomor masing-masing. Setelah itu guru akan memberikan pertanyaan berdasarkan teks yang sudah dibahas melalui jigsaw tadi dengan cara memunculkan pertanyaan satu per satu melalui slide, sehingga siswa dituntut untuk berfikir cepat dalam menemukan jawabannya.

Guru juga sebaiknya memanggil nomor penjawab secara mendadak, dan acak agar semua anggota kelompok mempersiapkan jawabannya.  Kegiatan tanya jawab ini merupakan kegiatan yang menarik dan seru, karena guru memberi batasan waktu dalam menjawab. Anggota kelompok yang nomornya disebutkan akan berlomba untuk menjadi yang tercepat dalam menjawab. Siswa juga berusaha untuk menggunakan kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris semaksimal mungkin.

Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran dengan menggunakan jigsaw dan numbered heads together menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa meningkat yang ditunjukkan dari hasil test sebelum menggunakan teknik jigsaw dan numbered heads together, dan setelah menggunakan ke dua teknik ini.

Hal ini membuktikan bahwa penerapan teknik jigsaw dan numbered heads together sangat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicara, terutama bagi siswa yang semula tidak punya keberanian untuk berbicara di depan kelas.

Penerapan jigsaw dan numbered heads together dapat memfasilitasi siswa untuk mengatur bagaimana cara berbicara yang baik dan benar. Melalui ke dua teknik tersebut siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap tugasnya, yaitu mempelajari materi yang menjadi bagiannya dan membagikan apa yang dipelajari tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Sehingga siswa cenderung lebih mandiri dan tidak bergantung pada anggota kelompok yang lain.

Sementara hasil observasi selama pembelajaran menunjukkan bahwa siswa sangat menikmati dan antusias dalam mengikuti semua kegiatan. Pergantian peran siswa dalam kelompok, saat berperan sebagai expert team dan home team juga memberi pengalaman yang berbeda dalam mempelajari sesuatu. Siswa menyadari betul posisinya dan tanggungjawabnya untuk belajar dan berbagi kepada siswa yang lain.

Sikap positif siswa juga terlihat saat mereka harus menjawab pertanyaan. Siswa yang nomernya disebut akan berlomba untuk menjawab pertanyaan dengan cepat dan benar untuk mengumpulkan skor sebanyak mungkin sehingga kelompoknya bisa menjadi pemenang dalam kegiatan tersebut. Proses untuk menjadi yang tercepat dalam menjawb juga membuat kelas menjadi lebih interaktif dan menyenangkan.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa 1) Jigsaw dan numbered heads together dapat memfasilitasi siswa meningkatkan keterampilan berbicara. Siswa menjadi percaya diri untuk berbicara di depan kelas di depan teman-temannya.  2) Ke dua teknik ini dapat meningkatkan penguatan pendidikan karakter yaitu mandiri, bertanggung jawab, percaya diri dan kerja sama. 3) Jigsaw dan numbered heads together dapat menjadi stimulant untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Inggris di kelas.

Editor: Cosmas