Kendalikan Hama Tanaman Hias dengan Kembali ke Alam

Spread the love

 

Oleh :  Amin Kusumoati, S.P.

Guru Agribisnis Produksi Tanaman

SMK Negeri 1 Wanareja – Cilacap

 

Salah satu kendala yang harus dihadapi dalam proses budidaya tanaman adalah masalah gangguan hama. Hama adalah semua hewan pemakan tanaman (herbivora) yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia secara ekonomi. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun baik kualitas maupun kuantitasnya.

 

Pada budidaya tanaman hias, misalnya, orang menanam tanaman hias tentu bertujuan untuk menikmati keindahan tanaman tersebut. Namun bila terserang hama maka akan mengurangi bahkan mungkin menghilangkan keindahannya. Oleh sebab itu, kehadiran hama di lingkungan budidaya tanaman perlu dikendalikan apalagi bila populasinya sudah dianggap merugikan.

Metode pengendalian hama, menurut konsep Pengendalian Hama secara Terpadu (PHT) adalah memadukan semua metode pengendalian sedemikian rupa termasuk di dalamnya pengendalian secara fisik, mekanik, bercocok tanam, biologi, dan kimiawi. Tujuannya untuk menurunkan dan mempertahankan populasi organisme pengganggu tanaman di bawah batas Ambang Ekonomik.

Pengendalian secara kimiawi yaitu pengendalian terhadap hama yang dilakukan dengan penggunaan pestisida. Istilah pestisida secara etimologi dapat diartikan sebagai ‘racun bagi hama’. Pengendalian dengan aplikasi pestisida harus mempertimbangkan pengaruhnya pada lingkungan. Dengan alasan lebih efektif dan segera memberi hasil yang nyata,  pada umumnya petani menggunakan pestisida anorganik yang terbuat dari bahan sintetik.

Penggunaan pestisida kimia jenis ini secara terus-menerus, dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti: merusak ekosistem, menimbulkan keracunan pada manusia, membunuh musuh alaminya, hama menjadi kebal, penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, pemerintah dalam program PHT menganjurkan agar pemakaian pestisida sintetik diupayakan sebagai alternatif yang terakhir. Pemerintah melalui dinas terkait menganjurkan penggunaan pestisida alami baik di tingkat petani kecil maupun pengusaha pertanian.

Pestisida alami atau dikenal juga dengan istilah pestisida organik merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang. Bagian-bagian tanaman tersebut menurut penelitian para ahli terbukti mengandung bahan-bahan kimia tertentu dengan efek untuk membunuh, menarik, atau menolak serangga perusak tanaman.

Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran Agribisnis Tanaman Hias yang diajarkan di kelas XII program studi Agribisnis Produksi Tanaman, mempelajari mengenai pengendalian hama tanaman hias. Pembelajaran pada kompetensi pengendalian hama dalam ranah pengetahuan adalah menganalisis cara pengendalian hama tanaman yang sesuai dengan konsep PHT. Sedangkan pada ranah ketrampilan adalah melaksanakan unjuk kerja/praktik pembuatan dan aplikasi pestisida organik dengan bahan baku yang mudah diperoleh.

Setelah siswa menguasai teori tentang berbagai teknik pengendalian hama, tahap selanjutnya adalah penguasaan ketrampilan melalui pelaksanaan praktik. Praktik pembuatan pestisida alami dimulai dengan menyusun lembar kerja (Job Sheet) secara berkelompok. Job sheet yang disusun meliputi tujuan, jenis dan volume alat-bahan, keselamatan kerja dan langkah kerja pembuatan serta aplikasinya. Bahan baku yang dianjurkan adalah bahan yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.

Beberapa bahan baku alami yang dapat diolah menjadi pestisida alami menurut Novizan (2002) dapat berasal dari kelompok bumbu dapur (bawang merah, bawang putih, lada, kunyit, jahe dan serai), dari kelompok perdu (daun tembakau, babadotan dan krisan) atau kelompok tumbuhan besar (daun mimba, daun sirsak, cengkih dan biji mahoni).

Pada pertemuan berikutnya siswa melakukan praktik dengan alat-bahan yang sudah dipersiapkan oleh tiap kelompok. Prosedur kerja yang dilakukan sangat sederhana dan tidak membutuhkan waktu terlalu lama. Contohnya pada kelompok yang menggunakan bahan baku daun pepaya, langkah pembuatannya yaitu menimbang kurang lebih 1 kilogram daun pepaya, menumbuk daun pepaya hingga halus, hasil tumbukan  direndam di dalam 10 liter air kemudian ditambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 gram detergen lalu diaduk hingga homogen. Hasil campuran didiamkan semalaman lalu larutan hasil perendaman disaring dengan kain halus dan dimasukkan dalam botol. Botol ditutup rapat, diberi label yang tercantum identitas kelompok, jenis pestisida yang dibuat dan tanggal pembuatannya kemudian botol berisi ekstrak daun pepaya disimpan di tempat teduh. Sisa waktu pelajaran digunakan untuk menyusun laporan.

Aplikasi pestisida alami yang telah dibuat dilakukan pada minggu berikutnya yaitu dengan menyemprotkan larutan pestisida pada tanaman hias di lingkungan sekolah. Sebelum dilakukan penyemprotan, siswa mengidentifikasi jenis dan tingkat serangan hama pada tanaman hias di taman sekolah. Tanaman hias seperti melati jepang, lidah mertua dan anggrek, merupakan jenis tanaman hias yang paling banyak terserang hama.

Kelompok siswa membuat larutan yang akan disemprotkan yaitu dengan cara mencampurkan 1 ml ekstrak tanaman dengan 1 liter air, kemudian siswa perwakilan dari tiap kelompok melakukan penyemprotan larutan pestisida pada bagian bawah tajuk tanaman yang terserang hama. Dua minggu setelah aplikasi, siswa mengamati efektifitas pemberian pestisida alami pada tanaman hias yang terserang hama. Selanjutnya siswa menyusun laporan hasil aplikasi lengkap dengan pembahasannya kemudian mempresentasikannya di depan kelas.

Dari praktik pembuatan dan aplikasi pestisida alami tersebut, diharapkan siswa dapat menerapkan dan menularkan pengetahuan serta ketrampilannya di lingkungan tempat tinggal mereka. Dengan demikian pencemaran akibat penggunaaan pestisida anorganik dapat terkurangi.

 

Editor: Cosmas