Menggembleng Siswa Jadi Berkarakter Melalui Budaya 5 S

Spread the love

OPINI

Oleh: Astuti Widyaningsih

SD Negeri 03 Sewurejo, Mojogedang, Karanganyar

 

Dalam dunia pendidikan selalu menanamkan pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar. Sebenarnya apa pendidikan karakter itu? Bagamana kiatnya agar siswa memiliki karakter yang bagus?

Pendidikan dapat diartikan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi. Melalui pendidikan merupakan salah satu kunci dalam pembentukan karakter seseorang.

Menurut Dr. Thomas (1992) pendidikan berbasis karakter adalah upaya yang dilakukan pendidikan untuk membantu anak didik supaya mengerti, memperdulikan, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Pendidikan karakter menjadi tema hangat dalam pendidikan di Indonesia, mengingat program pemerintah untuk menerapkan pendidikan karakter.

Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, hal itu dimaksudkan bahwa pendidikan tidak hanya untuk menjadikan insan bangsa yang cerdas, tetapi juga membentuk karakter agar nantinya lahir ganarasi masa depan bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter nilai luhur bangsa dan agama.

Tingkat pendidikan dasar merupakan masa-masa yang paling tepat untuk menanamkan pendidikan karakter.  Pendidikan dasar merupakan pendidikan lanjutan dari pendidikan keluarga. Karakter anak sangat dipengaruhi oleh lilngkungan sekitar tempat tinggal anak. Sekolah tidak akan berhasil mengembangkan pendidikan karakter tanpa peran orang tua.

Dewasa ini, dapat kita ketahui bahwa kondisi karakter peserta didik di sekolah masa sekarang sangat  memprihatinkan, baik secara emosional, tindakan, maupun perilaku sosial mereka. Salah satu contoh di sekolah, saat anak-anak ditegur oleh guru karena melakukan kesalahan, mereka malah cenderung melawan kepada guru dengan tindakan-tindakan yang kurang pantas.

Selain itu, anak SD bergaul dengan teman sebayanya di sekolah, anak juga cenderung mengeluarkan ucapan-ucapan kasar yang kurang enak di dengar. Diluar lingkungan sekolah pun perilaku anak malah lebih parah, anak cenderung bila bepergian jarang berpamitan dengan orang tuanya, atau bahkan memanggil kakak atau orang yang lebih tua hanya dengan sebutan nama saja.

Dalam fenomena ini jelas bahwa karakter peserta didik di masa sekarang masih jauh dari kesan baik. Buruknya karakter peserta didik mungkin dikarenakan oleh kurangnya penanaman karakter yang baik dari pihak terdekat mereka seperti dari orang tua atau keluarga maupun dari guru di sekolah.

Selain itu perkembangan teknologi informasi yang cepat dan tingginya dampak negative arus globalisasi juga penyumbang terbesar dalam pembentukan karakter yang buru bagi peserta didik. Karakter yang buruk harus segera di ubah oleh guru maupun keluarga anak. Guru sebagai pendidik sudah seharusnya mengarahkan dan membimbing anak untuk merubah sikap yang kurang baik menjadi lebih baik lagi.

Berdasarkan hal tersebut, guru merupakan salah satu pembentuk karakter peserta didik di sekolah. Banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam membentuk karakter peserta didik di sekolah, salah satunya adalah menerapkan budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).

Budaya 5S adalah budaya untuk membiasakan diri agar selalu senyum, salam, sapa, sopan dan santun saat berinteraksi dengan orang lain.

  1. Senyum, menggerakkan sedikit raut muka serta bibir agar orang lain atau lawan bicara merasa nyaman melilhat kita ketika berjumpa.
  2. Salam, salam dilakukan dengan ketulusan mampu mencairkan suasana kaku, salam dalam hal ini bukan berharti berjabat tangan saja, tetapi seperti mengucapkan salam menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
  3. Sapa, tegur sapa ramah yang kita ucapkan membuat suasana menjadi akrab dan hangat, sehingga lawan bicara kita merasa dihargai.
  4. Sopan, sopan ketika duduk, lewat di depan orang tua, sopan santun kepada guru, sopan santun ketika berbicara maupun berinteraksi dengan orang lain.
  5. Santun, adalah sifat yang dimiliki seseorang yang istimewa, yaitu orang-orang yang mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya, sopan santun merupakan gerak, kata atau tindakan kita untuk menghargai orang lain.

Sebelum menerapkan kepada peserta didik di sekolah, tentu guru-guru harus memberi contoh terlebih dahulu dengan memperaktekkannya dengan sesama rekan guru tersebut. Guru mempraktekkannya peserta didik akan melihat dan mencontohnya, dan tentunya guru juga harus menyosialisasikan budaya 5S ini cara mensosialisasikannya bisa dengan berbagai macam cara, mulai dengan mengatakan kepada peserta didik tentang budaya 5S ini, dapat juga membuat semacam poster yang diletakkan didekat taman tempat peserta didik bermain atau dalam kelas.

Selain itu, wujud kongkrit pengimplementasian lima nilai ini yaitu ketika pegi hari ketika peserta didik masuk ke gerbang sekolah, semua guru sudah berjejer menyambut kedatangan peserta didik dengan memberikan senyuman, sapaan, salam, sopan dan santun kepada peserta didik ataupun orang tua/wali murid yang mengantar peserta didik ke sekolah. Dengan demikian, melalui penginternalisasian nilai-nilai tersebut kepada seluruh warga sekolah secara tidak langsung karakter peserta didik dapat dibentuk kearah yang lebih baik lagi.

Budaya 5S di sekolah merupakan cita-cita iklim dan budaya di lingkungan sekolah. Tetapi hal ini tidak selalu sesuai dengan harapan sekolah yang memajang tulisan tersebut. Tidak semua warga sekolah mengindahkan keinginan tersebut. Sehinggal lambat laun budaya 5S pun luntur. Dalam pembentukan karakkter siswa melalui penerapan pendidikan berbasis karakter dengan membudayakan budayakan budaya 5S di sekolah, diharapkan seluruh pihak-pihak terkait seperti orang tua, guru, maupun warga sekitar turut berpartisipal=si untuk membantu dan mendukung suksesnya budaya 5S ini, sehingga karakter siswa dapat diarahkan dan dibentuk kearahkan yang lebih baik lagi. (*)

Editor: Cosmas