Sah! Di Solo, Jokowi-Prabowo Kembali Rukun

Spread the love

SOLO, POSKITA.co – Pemilihan umum presiden dan wakil presiden RI sudah usai.  Bahkan, Joko Widodo dan Prabowo yang selama ini berseberangan karena kontestasi pemilu, kini sudah rukun kembali. Mereka berdua guyub rukun bersua di Joho Kampoeng Hepi.

“Kami ingin para pemimpin menjadi teladan. Pilpres sudah usai. Saya berharap, para pemimpin di Indonesia kembali bersatu, hidup rukun, damai. Selamai ini tercerai berai karena beda pilihan, harus kembali rukun dan damai,” kata  Ipung Kurniawan Yunianto, Ketua KPPS TPS 27 Joho Kampoeng Hepi RT 07 RW 10 Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Solo, kepada Poskita.co, Rabu (24/4/2019).

Warga kampung Joho menjadi saksi atas perdamaian antara “Joko Widodo” dan “Prabowo Subianto” yang selama ini menjadi calon presiden 2019. Keduanya berada di tengah-tengah warga, Jokowi mengepalkan tangan, sementara Prabowo mengepalkan tangan kiri, di tengah-tengah mereka ada Lurah Manahan, Jarno SH. Puluhan warga mengerubuti mereka, sambil melambaikan tangan.

Yah… walau ini hanya Jokowi dan Prabowo yang memakai topeng, tetapi aksi simpatik nan damai ini diharapkan menjadi penyejuk situasi politik Indonesia yang terus memanas. Joko Widodo diperankan oleh Yunus Aryo Seno, Prabowo Subianto diperankan oleh Dian Sakti Kusumo, turut hadir Lurah Manahan Jarno SH.

“Acara ini digelar sebagai rasa syukur atas suksesnya terselenggaranya pesta demokrasi di Kampung Joho Kampoeng Hepi. Aksi ini juga sebagai bentuk untuk memberi contoh kepada warga seluruh Solo  atau Indonesia, menjalin kerukunan setelah  pilpres. Pemilu sudah selesai. Langkah selanjutnya warga bahu-membahu memberikan kontribusi positif bagi Indonesia. Memberikan contoh teladan rukun guyub, kesatuan, dan kebersamaan dalam membangun Indonesia,” kata Ipung Kurniawan Yunianto, Ketua KPPS TPS 27 Joho Kampoeng Hepi RT 07 RW 10 Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Solo.

Dikatakan Ipung, kegiatan ini juga untuk memberikan penghormatan kepada pejuang demokrasi, dimana KPPS di seluruh Indonesia ada yang menjadi korban hingga meninggal, menjalankan amanah demokrasi pemilu 5 tahun sekali Indonesia.

Terkait dengan acara ruwatan Indonesia, menurut Ipung, sebagai cara untuk membersihkan diri dalam pesta demokrasi dari hal-hal negatif. Selama ini, banyak hal negatif seperti hoaks, cacian, nyinyiran, hujatan, yang telah mencederai ibu pertiwi, maka diselenggarakan ruwatan Indonesia.

“Menyambung merah putih seperti dalam lagu dari Sabang sampai Merauke, dimana pulau-pulau sambung menyambung  menjadi satu. Indonesia harus disatukan, Indonesia adalah serangkaian yang utuh dan tidak bisa tercerai-berai. (COSMAS)