Upah Guru Honorer Sragen Dibawah UMK

Spread the love

SRAGEN, POSKITA.co – Pemerintah Kabupaten Sragen diminta lebih memperhatikan pendapatan guru honorer di Sragen. Pasalnya, pendapatan guru honorer dari mengajar masih tergolong kecil. Padahal jasa para guru tak bisa dipandang sebelah mata.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Suwardi, menyampaikan untuk honorer di Sragen mendapat Rp 650 ribu per bulan. Pihaknya menyampaikan anggaran tersebut diambil dari APBD Sragen. Dia menyampaikan angka tersebut untuk yang memenuhi persyaratan. Jika belum maka akan dibayar dari sekolah.

”Mengapa seperti itu, karena untuk guru honorer bisa sekarang memenuhi kriteria, tapi selanjutnya tidak. Banyak faktor seperti jumlah kelas, jam mengajar. SMP, katakanlah kemarin memenuhi jam, tahun ajaran berikutnya tidak dapat murid juga menjadi persyaratan,” terangnya.

Suwardi menampaikan kondisi guru honorer dinamis. Pihaknya mengakui belum bisa seperti daerah lain yang sudah memberi honor UMK karena anggaran terbatas. Dia menyatakan tidak mudah untuk mencairkan dengan anggaran APBD butuh perencanaan.

Saat ini pihaknya menjelaskan ada sekitar 2.000 guru honorer yang mendapat insentif tersebut. Sebagai Guru sekaligus ketua PGRI Sragen , Suwardi menyampaikan posisi guru sangat penting.

Sementara itu, mantan Ketua DPRD Sragen, Sugiyamto, meminta perhatian lebih pada guru honorer. Dia yakin ada anggaran yang bisa untuk menambah pendapatan mereka. ”Kami yakin anggaran itu tersedia dan APBD Sragen sangat mampu untuk memberikan gaji guru honorer minimal UMK,” cetusnya.

Menurutnya, untuk membayar gaji sekitar 2.500 guru honorer sebesar UMK, dalam setahun hanya butuh sekitar Rp 46 miliar. Itu angka yang kecil dibanding pengabdian guru yang sudah belasan hingga puluhan mengabdi. ”Tanpa mereka, proses pendidikan di sekolah juga enggak akan bisa jalan karena guru PNS itu di sekolah sangat sedikit,” ujarnya.

Pihaknya sangat yakin Sragen mampu karena anggaran daerah cukup longgar untuk mengalokasikan hanya Rp 46 miliar setahun. Kalau terbatas, bisa dipangkas anggaran-anggaran yang kurang mendesak seperti pelatihan yang kurang penting. ”Karena kami melihat guru honorer jauh lebih penting, karena berkaitan dengan nasib masa depan pendidikan Sragen juga,” terangnya. (Cartens)