Wardiman Djojonegoro: Sayang kalau Topeng Tidak Diusulkan UNESCO Menjadi Warisan Dunia

Spread the love

SOLO (poskita.co) – Selama dua hari, 27-28 Oktober 2017 di Pendopo Prangwedanan Istana Mangkunegaran Solo digelar event International Mask Festival (IMF). Event yang digagas oleh Dra. Irawati Kusumorasri  ini diselenggarakan oleh SIPA Community dan Akademi Seni  Mangkunegaran (ASGA). Untuk penyelenggarakan yang keempat kalinya ini, pihak penyelenggara kelihatan serius memperjuangkan topeng tradisional Indonesia, khususnya topeng Panji  diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Menanggapi hal tersebut, Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 1993-1998 yang selama ini memperjuangkan produk budaya Indonesia yang bendawi maupun non bendawi sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO menjelaskan.

“Kalau naskah panji sudah diperjuangkan sejak tahun 2014. Diawali dengan seminar  panji yang menghasilkan keputusan untuk mengajukan semua naskah yang ada dalam koleksi Perpusnas, yaitu 76 naskah ke UNESCO dan pada tahun 2015 Perpustakaan Nasional (Perpusnas) telah memutuskan untuk mendaftarkan/nominasi naskah kuno Ceritera Panji ke Unesco, Memory of the World (MoW),” jelas Wardiman Djojonegoro di sela – sela seminar di Pendopo Prangwedanan Istana Mangkunegaran Solo, Jumat (27/10).

Menurut Wardiman Djojonegoro, kenapa naskah Panji layak untuk didaftarkan, karena merupakan local genius Nenek Moyang kita. Budaya ini mempunyai dampak budaya besar selama kurun waktu tertentu (7 abad), dan juga mempunyai dampak sampai sebuah wilayah di dunia (Asia Tenggara). Selain itu, cerita Panji telah menginspirasi ungkapan seni lain seperti: seni tari, seni wayang, seni pentas, seni topeng. Dan nenek moyang mengabadikan  Panji dalam berbagai relief di candi candi.

Disinggung tentang bagaimana strategi untuk mendorong topeng Panji menjadi warisan budaya dunia dan diakui oleh UNESCO, Wardiman Djojonegoro menjelaskan.

“Saya melihat potensinya sudah sangat besar, jadi sayang kalau topeng tidak diusulkan. Tetapi saran saya, harus profesional. Nominasi dan naskah usulannya harus disusun yang baik berdasarkan semua bahan data yang ada. Kalau enggak, akan kalah dengan negara lain, karena setahun rata-rata ada 80 nominasi yang diterima paling-paling 30 nominasi,”jelasnya.

Masih menurut Wardiman Djojonegoro, ada empat langkah yang harus dilakukan, pertama mengajak seluruh komunitas topeng yang ada untuk bekerjasama mengusulkan topeng menjadi warisan dunia, kedua adalah melestarikan topeng, jadi bagaimana komunitas topeng itu melestarikan tarian dan topengnya, karena itu berhubungan erat. Ketiga, melestarikan kerajinan topengnya dan keempat bagaimana kita terus melakukan penelitian tentang topeng. (sat)

 

International Mask Festival 2017, Ingin Topeng Indonesia Diakui UNESCO